Paling mencolok ada pada standar emisi yang diterapkan pada kedua negara ini. Karena Indonesia masih Euro2 sedang di Thailand sudah Euro3, ada beberapa komponen yang akhirnya disesuaikan.
Pertama adalah ditanggalkannya canister evaporator. Perangkat ini memiliki fungsi menangkap uap bensin dari tanki yang mungkin bocor ke udara luar.
Uap yang dikumpulkan pada tabung canister evaporator akan dinetralisir dengan charcoal atau sejenis arang yang bisa menyerap hydrocarbon. Saat mesin hidup, udara bersih dari luar disemprotkan dan membawa sisa hydrocarbon ke ruang bakar untuk dibakar.
Berikutnya adalah terkait dengan bahan bakarnya. "Kualitas bahan bakar yang berbeda dengan Thailand membuat kita harus melakukan setting ulang injeksi bahan bakar," ungkap Mitsuo Tamamura, Chief Engineer Honda R&D Southeast Asia Co., Ltd.
"Yang penting pakai bahan bakar unleaded atau bebas timbal. Di Indonesia pakai oktan 88 (premium) masih bisa, tapi untuk performa yang lebih maksimal kami rekomendasikan tetap oktan 92 (pertamax)," tambah Sarwono Edhi, Technical Service Training Manager, PT Astra Honda Motor (AHM).
Perbedaan lainnya hanya perubahan kecil. Misalnya penambahan dudukan plat nomor di bagian depan. Pasalnya, di Thailand, sepeda motor tidak wajib pakai plat nomor depan. Terang sorot lampu depan juga berbeda.
"Di Thailand ada regulasi lampu. Di sana lampu yang dipakai hanya 35 watt. Kalau di Indonesia kurang terang, makanya yang di sini pakai 55 watt sampai 60 watt," jelas Mitsuo Tamamura yang suka tampil nyentrik ini.
Terakhir adalah suara klakson. Di Indonesia disetting dengan suara lebih keras ketimbang versi Thailand. Enggak banyak kan bedanya. Penasaran beda CBR 150R baru ini dengan versi lawasnya? Tunggu ulasannya di motorplus-online.com! (motorplus-online.com)