|
OTOMOTIFNET - Pasti sopirnya cewek deh! Ini komentar yang paling sering muncul kalau ada mobil yang jalannya ngaco. Di jalan, selama ini cewek memang kejatuhan reputasi minus. Dianggap ceroboh, manuvernya lambat, kurang perhitunagn dan berbahaya. Tapi itu dulu. Hasil penelitian paling mutakhir, laki-laki ternyata lebih berbahaya. Malahan, peluang pengemudi pria untuk tewas, 3 kali lebih besar dibanding wanita!
Lambat Tapi Selamat
Menurut penelitian salah satu perusahaan asuransi terbesar di Australia, AAMI (Australian Associated Motor Insurers Limited), pengemudi wanita ternyata lebih baik dibanding kaum adam. Saat mengemudi, pria lebih kasar dan memiliki potensi kecelakaan lebih tinggi dibandingkan pengemudi wanita. Pengemudi pria terlibat kecelakaan lebih serius dibandingkan kelompok pengemudi wanita.
Kecelakaan ringan, akibat kurangnya persepsi dimensi dan ruang |
Pria lebih mungkin terlibat dalam tabrakan dari arah depan dan kecelakaan karena kehilangan kendali, serta kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki, pengendara sepeda dan hewan. Sedangkan wanita lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan yang relatif ringan seperti parkir mundur dan menabrak benda-benda yang diam,” jelas Jusri Pulubuhu, founder JDDC-Crash Free.
Masih enggak percaya? Simak hasil penelitian oleh Sydney Morning Herald pada 2007. “Pengemudi pria bertindak lebih agresif di belakang kemudi. Menurut data mereka, 47 persen pria bersikap kasar terhadap pengemudi lainnya, klakson, memepet, memaki dan sebagainya,” papar ahli dan konsultan safety driving ini.
Sedangkan pada wanita tercatat hanya 38 persen yang bersikap serupa, umumnya dikota-kota besar. Dan 84 persen pengemudi laki-laki mengalami kecelakaan, dibandingkan dengan 77 persen wanita. Laki-laki juga lebih potensial jadi pengemudi berbahaya lo. Buktinya, 55% pengemudi pria sering mengemudi dalam pengaruh alkohol dan cuma 30% pengemudi wanita yang melakukannya.
Data tersebut diperkuat lagi oleh sebuah penelitian psikologi di Australia. Kewaspadaan dan tanggung jawab sosial wanita lebih tinggi. “Dibandingkan wanita, pria tiga kali lipat lebih mungkin terbunuh di jalan akibat kecelakaan. Pria secara biologis lebih agresif, lebih tidak sabar dan lebih berani melewati batasan," lanjut Jusri.
Dari Sononya Gitu?
Bakat sekaligus kebiasaan buruk. Beberapa aktivitas secara bersamaan, mengurangi fokus dan kewaspadaan pada ruang di sekitar mobil |
Kenapa kecelakaan yang terjadi pada pengemudi laki-laki dan perempuan bisa berbeda? “Karena laki-laki dan perempuan melihat dunia secara berbeda. Perempuan tidak punya perceptual dimension. Perhitungan ruangnya tidak sebaik laki-laki, dimensi ruang laki-laki lebih bagus dibanding perempuan, tapi mereka lebih agresif,” jelas Anisah Kortschak M.Psi. MCht, psikolog dan pakar hipnoterapi.
Karena kurangnya perceptual dimension tersebut, makanya sering terjadi kecelakaan seperti menyerempet, atau perilaku yang dianggap grasa-grusu. “Pandangan mata selalu fokus kedepan, jarang mengecek kaca spion. Masa 18 bulan pertama sejak mengemudi doyan nyerempet,” terang Jusri.
Secara psikologis, wanita pada dasarnya bukan high risk taking, sehingga lebih hati-hati dan patuh pada peraturan. Pengemudi wanita cenderung lebih patuh kalau ada risk taking. Sebaliknya laki-laki, justru jadi lebih berani. “Makanya, walau sama-sama mabuk, perempuan enggak mau mengemudi. Tapi laki-laki biasanya tetap mau bawa mobil,” kata wanita berdarah Bugis ini.
Menurut alumnus Universitas Indonesia ini, saat mengemudi, mobil jadi bagian authority perimeter atau ruang otoritas kaum adam. “Kalau mereka sudah di dalam mobil, mobil itu bagian dari dirinya. Jadi kalau ada yang nyenggol dikit, dia jadi lebih marah. Itulah kenapa mereka cenderung lebih agresif,” papar pehobi travelling ini.
Selain itu, masih ada satu lagi yang sulit diubah, faktor hormon. “Testosteron berpengaruh besar pada agresivitas, karena itu laki2 lebih agresif. Sementara perempuan pada masa PMS, biasanya lebih agresif karena ada peningkatan hormon testosteron. Tapi kalau ini selalu disadari, bisa efektif mengerem agresivitas kok,” ujar pengajar kelas spiritual by self ini. Jadi kuncinya cuma satu, waspadalah
Penulis/Foto: NawiTa/Dede