Museum-Museum Otomotif Belum Terintegrasi

billy - Rabu, 8 Juni 2011 | 10:04 WIB

(billy - )


JAKARTA - Gagal menyewa gedung tua di Kota Tua, Jakarta Kota, akhirnya museum otomotif diwujudkan di kawasan Jalan Antasari, Jakarta Selatan. Penataannya telah mencapai 50 persen, nantinya diharapkan bakal menjadi tempat studi soal mobil dan nongkrong para penggemar mobil klasik.

"Konsepnya classic dan hot rod. Tapi ada showroom, galeri juga kafenya. Makanya lebih cocok disebut sebagai museum mini," ujar Ermin Nasution, pencetus sekaligus pemilik.

Konsep Kafe
Keinginan mewujudkan museum otomotif itu begitu besar pada diri Ermin. Padahal awalnya hanya hobi saja menggemari mobil-mobil klasik ketika sekolah ditugaskan tempat kantornya bekerja ke Amerika Serikat. Namun saking seringnya mengunjungi beberapa museum mobil di Texas dan beberapa negara bagian lain di negara Paman Sam itu akhirnya Ermin kecanduan.

"Setiap kali pulang ke Indonesia, selalu menenteng beberapa item dan aksesoris mobil yang langka. Yang sekiranya di Indonesia tidak ada. Setiap kali begitu akhirnya jadi banyak. Lalu, untuk memasang koleksi saya itu lalu membangun semacam galeri di Cikarang dengan nama Hot Rod," ujar Ermin.

Pria subur yang bekerja di perminyakan seperti tak sabar ketika ia bersama koleganya dan pengurus PPMKI (Persatuan Penggemar Mobil Kuno Indonesia) sempat mencari beberapa lokasi untuk membangun museum otomotif. Sempat mencari di daerah Cibubur dan Kota Tua, Jakarta Kota, namun terhalang beberapa hal. Misalnya, lokasinya di pinggiran dan Miranda Goeltom selaku fasilitator lagi tersandung masalah.

Diakui Ermin, memang bangunan berlantai 2 di atas tanah seluas 5.000 meter persegi di Jalan Antasari itu belum ideal sebagai sebuah museum. Namun setidaknya ia sudah memulai untuk bisa menampung aspirasi penggemar mobil.

"Di sini, isinya sangat variatif. Ada aksesori, mesin mobil, pelek, hingga tetek bengek soal menyangkut mobil. Lalu, kami pasang 2 mobil hot rod dan satu motor gede," ungkap Ermin yang telah mengantongi liseni kepemilikan Hot Rod.

Bambang Roess Effendi, Ketua PPMKI (Persatuan Penggemar Mobil Kuno Indonesia) menyambut baik koleganya itu mewujudkan ambisinya yang terpendam. "Memang belum ideal sebagai museum, tapi tetap sebuah kontribusi buat penggemar mobil kuno dan otomotif pada umumnya. Makanya kalau memiliki source menyangkut museum ini, bisa disumbangkan atau dititipkan di Hot Rod ini," ujar Bambang.

Sebetulnya ada beberapa museum mobil di Jabotabek. Misalnya, Museum Mobil Sentul, Musim mobil khusus mobil Presiden Soekarno di Jalan Proklamasi Jakarta serta galeri milik Hartawan ‘Hawke' Setiodiningrat. Sayangnya, museum yang sudah lebih dulu ada itu terkesan eksklusif.

Museum Mobil Sentul misalnya. Lokasinya yang ada di bawah tribun utama Sirkuit Sentul Internasional membuatnya jarang dikunjungi penggemar mobil. Hanya pada event-event tertentu saja museum kreasi H Tinton Soeprapto dan Gunawan Tjandra ini dibuka untuk umum serta kalangan tententu.

Lalu, museum mobil di Jalan Proklamasi hanya ada beberapa mobil yang pernah dipakai kendaraan Presiden RI pertama Soekarno.

Sedang galeri milik Hawke lebih terbuka. Koleksinya juga mencapai puluhan. "Namun sekarang sudah berkurang karena memang ada yang berminat membeli serta perawatannya mahal. Kami terbuka kok misalnya untuk keperluan khusus dan bermanfaat bagi penggemar mobil. Boleh disewa," ujar Hawke.

Dengan kondisi seperti itu, memang dibutuhkan museum dengan koleksi lebih lengkap dan lebih terbuka untuk masyarakat umum. Konsep museum yang ditawarkan Ermin Nasution lebih familiar dengan halaman parkir luas, kafe serta kedai kopi. Juga menjajakan aksesori serbaotomotif yang bisa dibawa pulang.   (mobil.otomotifnet.com)