Ide utamanya adalah memasukkan udara lebih padat ketimbang sedotan asli mesin. Nah, pemakaian supercharger bisa menjawab hal itu. Peranti ini dikembangkan pada 1860 oleh kakak beradik Philander dan Francis Marion Roots dari Connersville, Indiana AS untuk meniupkan angin ke blast furnace atau tungku pembuat besi. Desainnya kemudian dinamai Roots Supercharger. Sedangkan peranti fungsional perdana pada 1885 oleh Gottlieb Daimler.
Supercharger membutuhkan sumber putaran untuk menggerakkan komponennya. Bisa berupa sepasang lobe dengan rongga atau dikenal sebagai roots supercharger, atau berupa ulir yang kerap disebut twin scroll supercharger.
Intercooler berfungsi mendinginkan udara setelah dimampatkan |
Sedangkan turbocharger diciptakan oleh insinyur Swiss Alfred Buchi yang mematenkannya tahun 1905. Kemudian kapal dan lokomotif diesel berturbo mulai bermunculan pada 1920. Pemakaiannya ramai untuk pesawat pada Perang Dunia II. Sedangkan pada otomotif, mobil pertama yang pakai turbo dibuat sekitar 1960.
Pada awalnya, pabrikan menyebut peranti ini sebagai turbosupercharger. Karena merupakan alat pemampat udara (supercharger) yang diputar dengan turbin. Turbinnya sendiri berputar karena tiupan gas buang. Penamaannya kemudian disingkat jadi turbocharger.
Turbo, begitu kemudian peranti ini dikenal, dianggap lebih efisien dari supercharger. Karena putaran bilahnya tidak memakan tenaga mesin. Seiring perkembangan, as penghubung bilah kompresor dan turbin pun dilengkapi bearing ketimbang bos logam biasa. Sehingga kitirannya lebih ringan.
Turbocharger memanfaatkan putaran gas buang |
Selain itu, bilah turbin yang bersentuhan dengan gas buang jadi panas. Membuat udara masuk pun panas. Maka, untuk mendinginkan, biasa dipakai peranti pendingin tambahan yang disebut intercooler. Peranti ini bisa juga dipakai pada sistem supercharger. Semakin dingin udara masuk, semakin padat, bukan? (mobil.otomotifnet.com)