Ini Dia Biang Macetnya Jalanan Jakarta

billy - Jumat, 11 Maret 2011 | 13:01 WIB

(billy - )

Amerika Serikat – Tak dipungkiri bahwa kemacetan memang menjadi momok bagi seluruh kota besar dunia, tak terkecuali Jakarta.

Nah, meski pemerintah berupaya keras untuk menciptakan sarana untuk mengurainya, tapi masalah kemacetan bakal muncul jika ada ketiga efek yang dikenalkan oleh peneliti Amerika ini. Yup, tiga teori ini memang jamak ditemui sebagai penyebab kemacetan di seluruh dunia.
 Teori efek kupu-kupu

Teori pertama dinamakan Efek Kupu-kupu. Menurut teori ini, sumber kemacetan disebabkan oleh pergerakan pindah jalur oleh kendaraan di depan. Hal ini mengakibatkan melambatnya laju kendaraan dibelakang, dan kadang kala dapat menimbulkan kemacetan terutama saat jalanan padat.
 Teori gelombang tak terlihat

Selanjutnya ada teori Gelombang Tak Terlihat. Dinamakan seperti ini, karena pengendara tak tahu jika ada sumber penghambat yang ada di depannya. Contoh teori ini terjadi ketika ada kasus kecelakaan, atau mobil mogok di jalanan. Kejadian inilah yang menyebabkan antrian di belakang, alias macet.
 Tragedi umum

Dan teori yang terakhir disebut efek Tragedi Umum. Hal ini disebabkan faktor ekonomi suatu Negara yang meningkat. Sehingga banyaknya jumlah kendaraan termasuk bus yang keluar di saat yang sama membludak, dan tak dapat ditampung oleh jalan raya. Efek ini umum dijumpai di kota negara berkembang, termasuk Jakarta.

Nah, selain menemukan penyebab kemacetan, para peneliti ini juga menemukan solusi untuk mengurainya.

Diantaranya, pemberian rambu yang memberi tahu kondisi jalan yang macet. Sehingga pengguna jalan bisa memilih jalan alternatif yang tak terkena macet. Hal ini sudah diterapkan di beberapa ruas tol ibukota yang memiliki info lalu lintas.

Lalu, ada juga pembuatan lajur khusus kendaraan besar dan lambat, seperti bus dan truk. Sehingga kendaraan besar tersebut tak mengganggu kecepatan dari kendaraan kecil di belakangnya, layaknya jalur lambat di beberapa jalan protokol dan tol di Jakarta.

Terakhir, adanya kebijakan untuk memperbesar lajur pada jalanan yang memiliki tingkat mobilitas padat. Serta memperkecil jalur yang tingkat kepadatannya sedikit. Hal ini selalu diaplikasi di tol Kebon Jeruk menuju Tomang, yang membolehkan mobil bergerak dari arah kanan saat pagi hari.

Lho, di Jakarta teori diatas sudah diterapkan, tapi kok masih macet ya? Hal ini banyak ditengarai akibat rendahnya kesadaran berkendara, dan sarana transportasi massal yang kurang memadai.

Jadi, kita serahkan saja pada ahlinya ya. (mobil.otomotifnet.com)