|
Jakarta - Lantaran kaget kendaraan di depannya mengerem mendadak, Joko, sebut saja begitu, secara refleks langsung menginjak pedal rem mobil yang dikendarainya. Sontak, tubuhnya langsung seperti meloncat dari tempat duduknya.
Beruntung, ia tak alpa menyematkan sabuk keselamatan di tubuhnya. Namun sayang, lantaran laju mobil tiba-tiba berhenti, anaknya berusia 3 tahun yang berada di tengah antara kursi depan, terlontar. akibatnya, kepala sang buah hati pun terbentur dasbor dan bocor.
TRAUMA
Kondisi di atas bisa menimpa siapa saja. Maksud hati menyenangkan sang buah hati, justru bisa beakibat fatal. belum lagi, kondisi seperti ini juga sesungguhnya, meski tak disadari, sudah melanggar hak anak dalam berkendara.
“Anak harus mendapat hak kenyamanan dan keselamatan oleh orang tua. Jika terjadi kecelakaan akibat keteledoran orang tua apalagi mengalami luka secara fisik, dampak negatifnya anak akan mengalami ganguan psikologi. Salah satu contohnya trauma untuk naik mobil,” ungkap Arist Merdeka Sirait Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak.
Apalagi, ia menambahakn, anak-anak balita umumnya memang punya sifat rasa ingin tahu yang besar. Makanya, ketika di dalam mobil pun mereka pun biasanya tak bisa duduk dengan tenang. ” Bila anak tidak mau diam didalam mobil, orang tua harus memberitahu dengan bicara yang halus apa yang tidak boleh dilakukan. Karena sebenarnya anak kecil bisa diajak diskusi dan cepat menangkap perkataan orang lain,” tambah Arist Merdeka Sirait. (mobil.otomotifnet.com)
Beruntung, ia tak alpa menyematkan sabuk keselamatan di tubuhnya. Namun sayang, lantaran laju mobil tiba-tiba berhenti, anaknya berusia 3 tahun yang berada di tengah antara kursi depan, terlontar. akibatnya, kepala sang buah hati pun terbentur dasbor dan bocor.
TRAUMA
Kondisi di atas bisa menimpa siapa saja. Maksud hati menyenangkan sang buah hati, justru bisa beakibat fatal. belum lagi, kondisi seperti ini juga sesungguhnya, meski tak disadari, sudah melanggar hak anak dalam berkendara.
“Anak harus mendapat hak kenyamanan dan keselamatan oleh orang tua. Jika terjadi kecelakaan akibat keteledoran orang tua apalagi mengalami luka secara fisik, dampak negatifnya anak akan mengalami ganguan psikologi. Salah satu contohnya trauma untuk naik mobil,” ungkap Arist Merdeka Sirait Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak.
Arist MS. Anak bisa trauma (kiri). Kenali jam biologis anak (kanan)
Situasi seperti itu diamini pengamat keselamatan berkendara, Jusri Pulubuhu. “Anak-anak adalah pengguna lalu lintas atau jalan raya. Meskipun tidak langsung, tapi setiap hari mereka berhubungan dan berada di tengah-tengah lalu lintas. Anak-anak memiliki hak penuh untuk mendapatkan keselamatan. Tidak heran lembaga internasional sampai harus memberikan data dan prediksi bahwa pada 2015 nanti kematian pada anak-anak penyebab tertinggi nya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas atau jalan raya,” jelas lelaki yang juga menjabat sebagai direktur Jakarta Devensive Driving Consulting (JDDC). Apalagi, ia menambahakn, anak-anak balita umumnya memang punya sifat rasa ingin tahu yang besar. Makanya, ketika di dalam mobil pun mereka pun biasanya tak bisa duduk dengan tenang. ” Bila anak tidak mau diam didalam mobil, orang tua harus memberitahu dengan bicara yang halus apa yang tidak boleh dilakukan. Karena sebenarnya anak kecil bisa diajak diskusi dan cepat menangkap perkataan orang lain,” tambah Arist Merdeka Sirait. (mobil.otomotifnet.com)