|
OTOMOTIFNET - Kalau sebelumnya Suleman, karyawan salah satu perusahaan swasta senang dengan motornya lantaran bisa menghemat biaya transportasi, kini ia harus berfikir ulang. Pasalnya, “Akibat banjir, saya mesti keluarkan uang Rp 25.000 untuk menyeberang menggunakan gerobak,†ujar warga Cileduk yang berkantor di Jakarta Barat.
Uang Ekstra
Tambahan biaya tak cuma dialami Suleman. Ardiansyah, staff marketing perusahaan penerbitan di Jakarta, Senin lalu (25/10) terjebak di kemacetan jalan tak kurang dari 11 jam. “Keluar dari kantor 15.30, masuk rumah pukul 02.00,†keluhnya. Bukan karena pulang sampai dini hari yang ia keluhkan. Jarak dari kantornya di Palmerah Jakpus menuju rumahnya di kawasan Bangka Jaksel sejatinya tak lebih dari 10 kilometer.
“Cari jalan tikus mulai dari Simprug, ke Blok M, terus Dharmawangsa tetap enggak ada jalan yang lancar,†kekehnya saat dihubungi per telepon hari Selasa (26/10).
Minimnya transportasi umum yang layak jadi salah satu penyebab |
Gak cuma mobil, bikers pun resah |
Bagaimana soal konsumsi bensin? “Ya, boros banget jadinya,†ujar pria ramah ini. Ia sehari-hari besut sebuah Toyota Vios bertransmisi manual. “Biasanya seminggu habis sekitar Rp 230.000, kemarin pas macet habis separuhnya dalam sehari,†jelas pria tinggi ini.
Nasib serupa menimpa Ibrahim, sebut saja begitu. Karyawan swasta diperusahaan penerbitan ini juga mesti mengeluarkan uang ekstra. Akibat banjir Senin (25/10) yang menimpa mobilnya, ia mesti mengeluarkan Rp 300 ribu dana ekstra buat ke salon mobil. “Untung hanya membersihkan interor,†tuturnya.
Ariasti, karyawati yang berkantor di bilangan Sudirman, Jaksel juga mesti mengalami nasib tak enak. Ia yang tak menggunakan kendaraan pribadi pun harus rela berjejelan dalam bus kota selama 7 jam menuju rumahnya di Cileduk, Tangerang. “Pantat (maaf) pegal duduk terus di bus,†keluhnya.
‘Jakarta Oktober Flood’ memang membuat kacau ibu kota Jakarta. Meriahnya genangan di sejumlah titik di Jakarta akibat hujan selama 3 jam mesti ‘menyandera’ ribuan masyarakat di jalan raya. “Saya sampai rumah di Cibubur jam 12 malam, padahal pulang kantor jam 5 sore,†tutur Endang, karyawati yang berkantor di Palmerah, Jaksel.
Cucu Ahmad Kurnia, kepala bidang informasi publik pemprov DKI Jakarta saat dihubungi Selasa (26/10), mengakui banyaknya genangan dan tingginya debit air menjadi persoalan utama. “Curah hujan yang sangat tinggi, sampai 130 mm. Untuk ilustrasi saja curah hujan normal di Jakarta itu 300 mm per bulan. Kemarin itu, dalam 2 jam saja curah hujannya mencapai 130 mm,†paparnya via telepon selular.
Atas dasar itulah ia mengatakan kalau hujan Senin (25/10) merupakan kejadian luar biasa. “Terjadinya saat peak hour, sehingga efeknya ke mana-mana,†ujar Cucu. “Ini baru permulaan. Masih sangat mungkin terjadi lagi sampai Februari-Maret (2011). Yang kita lakukan saat ini meminimalkan genangan yang terjadi. Kalau hujan kemarin itu terjadi pada 2007, efeknya pasti lebih parah. Saat ini infrastruktur kita sudah membaik.â€
Sudah membaik? Ah…!!