Belajar Ngoprek dan Manajemen Bengkel

Editor - Senin, 26 Juli 2010 | 19:22 WIB

(Editor - )


HMTC

OTOMOTIFNET - Lembaga pendidikan dan keterampilan otomotif kini menyediakan peluang makin besar bagi siswanya. Terbuka untuk semua orang dengan latar pendidikan atau pengalaman kerja fleksibel. Pendidikannya juga gak terlalu lama, rata-rata 1 tahun, materi dan metode belajarnya pun makin beragam.

Bukan hanya teori di kelas, tapi siswa juga dapat kesempatan praktek langsung di laboratorium maupun bengkel dan pabrik sungguhan. Prakteknya enggak cuma di Indonesia, tapi juga bengkel di Eropa. Materinya, dari ngoprek motor balap sampai manajemen bengkel dan mengelola personel.

Jadi enggak cuma mencetak mekanik yang jago ngoprek mesin, tapi juga piawai menjalankan usahanya sendiri. Sejumlah lembaga kursus, bahkan punya program penyaluran tenaga kerja bagi lulusannya. Jadi enggak khawatir berlama-lama ngang­gur deh.

Nah, peluang untuk belajar, berkarir atau membuka usaha sendiri di bidang otomotif tambah terbuka lebar. Apalagi pusat-pusat pendidikan ini enggak melulu berada di Ibu Kota. Tapi juga tersebar di berbagai kota di Indonesia. Dari Solo, Banjarmasin, Malang, Bandung, Surabaya, sampai Medan dan Pekanbaru. Di manapun Anda berada, sekarang bisa mulai merintis cita-cita Anda.


VEDC

VEDC
Pusat Pengembangan dan Pem­ber­dayaan Pendidik dan Tenaga Ke­pen­didikan (P4TK) atau disebut juga VEDC (Vocational Education Development Centre) merupakan sekolah bagi guru pengajar atau tenaga pendidik yang berlokasi di Malang, Jawa Timur. Salah satunya adalah Departemen Otomotif.

Sarana belajar dan prakteknya lengkap. “Mulai roda dua sampai roda empat semua fasilitas tersedia,” jelas Drs. Bintoro, ST, MT., Kepala Departemen Otomotif VEDC.

Begitu juga pengalaman yang diberikan. Siswanya harus dipekerjakan dulu di bengkel. Bisa di dalam negeri atau luar negeri selama 1 sampai 2 tahun di Jerman dan Swiss.

Selain itu, VEDC juga punya bengkel umum untuk motor ataupun mobil. Tujuannya bu­kan hanya me­raup keuntungan se­­mata, tapi buat mempertahankan kom­petensi dari pa­ra siswanya. “Tidak ha­nya teori tapi di­tekankan pada prak­tek juga. Jadi siswa bisa merasakan lang­sung terjun ke dunia kerja,” jelas Bintoro.

Tak hanya tek­nis, departemen yang menyediakan 34 pengajar dan 15 teknisi ini juga kasih materi manajemen. Bagaimana mengelola sebuah bengkel agar bisa maju. Mulai manajemen keuangan, melihat potensi pasar, hingga mengelola anak buah.

Menurut Bintoro, pembalap ka­kak beradik Irwan Ardiansyah dan Hendriansyah pernah belajar disini.

Tertarik? Tiap siswa dikenakan Rp 5,5 juta untuk pendidikan roda em­pat selama 6 bulan. Sedangkan Rp 2,5 juta untuk roda dua selama 2 bulan. Semuanya sudah termasuk pakaian kerja dan buku. Bagi yang ingin menambah dengan program manajerial bengkel dikenakan tambah biaya Rp 1,5 juta dengan tambahan waktu 1 bulan.

HMTC
Hartomo Mechanical Training Center (HMTC), bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai tempat kursus untuk jadi mekanik motor. Tempat pelatihan mekanik ini berdiri sejak lebih dari 10 tahun silam.

“HMTC menerapkan kurikulum yang terdiri atas 10% teori dan 90% praktek. Setiap siswa dalam proses belajarnya didampingi 1 instruktur dan 1 unit motor untuk praktek. Selain itu, siswa bisa belajar sampai mahir,” ungkap Tommy Bramantya, technical support HMTC.

Disediakan 40 motor terbaru untuk praktek, sekarang sudah menyebar di 10 kota (Jakarta, Depok 1, Depok 2, Medan, Pekanbaru, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Malang). “Siswa enggak hanya belajar motor dengan karburator. Pengenalan seputar mo­tor yang in­jeksi ju­ga ma­­suk dalam ku­rikulum di sini,” imbuh Tom­my.

HMTC menyediakan beberapa paket program pelatihan untuk jadi mekanik. Diantaranya paket 10 motor, semua jenis motor, modifikasi plus, paket 10 motor & modifikasi plus dan paket semua jenis motor & modifikasi plus. Soal biaya kurus berkisar Rp 6-5,5 juta.

Menariknya, enggak berhenti sampai siswa lulus saja. Bila mereka sudah bekerja sebagai mekanik lalu menghadapi masalah seputar perawatan motor, maka bisa datang setiap waktu dan berdiskusi soal masalah tersebut dengan staff pengajar.

Fasilitas lain yang diberikan berupa ruang belajar full AC, mess untuk siswa dari luar kota, beasiswa dan mendapat peluang untuk kerja di bengkel resmi HMTC di seluruh Indonesia.


PUSDIKLAT SUZUKI

PUSDIKLAT SUZUKI
Pusdiklat Suzuki menyediakan program kursus otomotif untuk motor dan mobil, untuk lulusan SMA atau STM. Programnya dua macam, setahun (setara D1) dan 3 tahun (setara D3). Untuk penyelenggaraan programnya, Suzuki bekerjasama dengan sejumlah universitas.

Program D1, bekerjasama dengan Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo dan Universitas Negeri Malang, serta Perguruan Cikini di Jakarta untuk roda dua. Sedangkan D3-nya, bekerjasama Universitas Gajah Mada dan ISTN.

“Lokasinya di kampus-kampus tersebut, tapi modul dan alat peraga untuk advance teknologi dari Suzuki, dikirim ke pabrik Suzuki di Jakarta,” jelas Djoko Warsito, pengajar pusdiklat dan training centre Suzuki.

Fokus pusdiklat pada dasarnya untuk mencetak calon teknisi yang siap bekerja dalam waktu 1 tahun. “Program D1 lebih mengenai otomotif basic tapi dengan pendalaman materi dengan praktek. Setelah 10 bulan pendidikan, siswa ada program on the job ke bengkel resmi Suzuki selama 2 bulan,” terang Djoko.

Saat ini telah memasuki tahun keempatnya. Untuk program D1 saja, rata-rata meluluskan 100 tenaga kerja siap pakai. Pusdiklat juga punya program penyaluran tenaga kerja untuk lulusannya.

"Setiap tahun paling tidak ada 3 sampai 4 dealer baru, yang menyerap 20 sampai 25 orang.Kalau siswa bersedia kita bisa menyalurkan untuk bekerja di bengkel-bengkel resmi Suzuki di seluruh Indonesia yang membutuhkan. Sekitar 50 sampai 60 persen lulusan terserap di bengkel Suzuki. Sisanya ada yang melanjutkan ke jenjang S1 atau kerja di luar,” papar Djoko.


Penulis/Foto: Nawita, Domas, Octa / Domas, Dede, Gombak