|
OTOMOTIFNET - Baru saja, kuartal pertama terlewati dengan nyaman. ternyata sudah muncul lagi potensi kontraksi atas pasar otomotif. Lebih tepatnya mengena langsung pada pemakai akhir, pemilik kendaraan bermotor. Baik mobil maupun motor.
Sebab pemerintah hendak mengeluarkan pembatasan konsumsi bensin premium buat kendaraan bermotor. Lebih spesifik buat yang keluaran tahun produksi tahun 2000 ke atas.
Alasan yang dikemukakan dari wacana ini yaitu adanya potensi terlewatinya kuota BBM bersubsidi (Premium dan Solar) buat tahun 2010. Masing-masing sebesar 19,4 juta dan 11,6 juta kiloliter. Tandanya, kuota triwulan pertama 2010 sudah terlampaui.
BAGAIMANA PENGAWASANNYA?
Bambang Asmarabudi, GM promotion & motorsport PT YMKI, langsung mempertanyakan bagaimana pihak SPBU bisa bedakan sebuah motor yang tahun produksinya di atas tahun 2000. “Kalau memang pemerintah akan mengurangi konsumsi Premium ya silakan saja mengurangi volume jual premium dan menambah volume jual Pertamax,” sarannya.
Senada Bambang, Wiam Satriawan yang dedengkot klub Suzuki Karimun Estilo Indonesia juga mempertanyakan mekanisme kontrol SPBU. “Karena SPBU tiap hari kedatangan ribuan mobil. Bagaimana mengatur masuk barisan Premium atau Pertamax. Selama ini enggak gitu jelas kan, booth-nya sering menyatu,” herannya. Wiam juga bertanya soal pemahaman petugas SPBU yang bisa bedakan kendaraan tahun produksi 2000 ke atas dengan tahun yang lebih tua.
Mesin motor generasi terbaru sudah layak tinggalkan Premium |
Justru ini yang bikin kuota Premium melonjak |
PERTAMAX LEBIH UNTUNG?
Terlepas dari kemungkinan ada kelebihan kuota bensin bersubsidi (premium dan solar). Pemakaian bensin Pertamax dibandingkan Premium memang punya sejumlah nilai plus. Kita ambil analogi ringan, bensin Pertamax yang seharga Rp 6.750/liter (Premium Rp 4.500/liter) bikin pembakaran lebih baik. Ini berlaku buat mesin produksi di bawah tahun 2000 maupun di atasnya.
Pembakaran lebih baik bikin pedal gas tak perlu ditarik kencang buat dapatkan performa puncak. Beban pelumasan juga akan lebih ringan. Kendati tak signifikan, konsumsi Pertamax jadinya akan lebih irit dibandingkan premium. Buat mesin injeksi, knocking sensor juga akan bekerja lebih ringan. Artinya masa pakai komponen slow moving ini juga lebih panjang. Paling tidak memenuhi rentang waktu idealnya, taruhlah 5 tahun.
Untuk motor, potensi timbulnya kerak di ruang bakar juga bisa ditunda lebih lama. Perawatan jeroan yang lain juga akan ikutan hemat. “Lagi pula mayoritas pemakai sepeda motor khusunya di perkotaan sudah memakai Pertamax,” aku Bambang.
Sementara Djunaidi, sekjen Toyota Yaris Club, berasumsi bahwa mesin mobil keluaran terbaru memang sudah semestinya pakai bensin tanpa timbal beroktan 92. “Rasanya kebijakan ini tidak akan berpengaruh atau mengubah kebiasaan kita,” yakinnya.
Penulis/Foto: Nawita, eRIE / Reza, Jodi