OTOMOTIFNET - Perbedaan pandangan antara mesin 1TR dengan 1ZZ hanya berkutat karena pilihan sasis yang akan digunakan. Memakai sasis ladder dengan sasis monokok tentu berefek pada kabin.
Penggunaan sasis monokok dengan ladder akibatnya pada tingkat kenyamanan kabin. Adanya bushing antara bodi dengan sasis mengakibatkan road noise jalanan jauh berkurang.
"Kalau pakai sasis monokok, road noise tentu akan merambat pada sasis. Efeknya tentu lebih kedengeran ketika di kabin," lanjut pria misterius ini.
Namun kaum kedua berpendapat bahwa tingkat kebisingan bisa diredam dengan penggunaan material peredam yang lebih mumpuni, atapun penguatan titik-titik tertentu pada sasis untuk meredam rambatan suara.
Pilihan mesin sendiri lebih pada efisiensi BBM terpakai. Bukan rahasia umum bahwa masih banyak anggapan Innova sekarang ini kurang efisien. Walau telah dijelaskan di edisi sebelumnya tentang definisi boros sebuah mesin.
Namun, kalau melihat teknologi luar negeri. Bukan tak mungkin 1TR masih tetap digunakan, hanya dengan konsukuensi harus menambah teknologi demi memenuhi ambang batas emisi di atas Euro 2.
Untuk mesin diesel tak ada keluhan. "Hanya sebaiknya pakai intercooler dan down pipe jangan dibentuk huruf L," pinta Andreas, pemilik bengkel Phoenix-R yang juga aktif di milis penggemar Toyota Innova.
Hal ini dikarenakan bentuk down pipe Innova D4D sekarang yang cenderung patah ditengarai bisa menghambat aliran gas buang.
Pun dengan adanya anggapan penggunaan mesin gerak roda depan yang lebih hemat daripada penggerak belakang. Asumsinya, dengan jarak dari mesin menuju roda lebih pendek, tentu akan semakin mengefisienkan BBM terpakai.
"Logikanya iya, karena kerja mesin belum berkurang akibat gigi-gigi transmisi, kopel hingga gardan yang relatif lebih panjang," papar sang sumber berkacamata ini.
Namun sekali lagi, paparan mekanik sedikit menepis keraguan akan bahaya boros BBM ini. "Tinggal remapping ECU pasti bisa lah mengakali konsumsi BBM," ujar Andre kali ini.
Penulis/Foto: Tim Otomotif / Toyota, Dok.Otomotif, Reza