Minor change diselingi kenaikan harga sudah jadi hal yang biasa, begitu juga dengan New Xenia VVTi ini. Kenaikan harga New Xenia VVti ini bervariasi antara 3 sampai 3,5 % atau sekitar Rp 3 sampai 3,5 juta. Yang jadi pertanyaan adalah apakah kenaikan harga tidak menggangu segmen pasar yang diincar sebelum nya? Atau malah sengaja dinaikan agar segmennya bergeser?
Begitu juga dengan Xenia ini. Dari obrolan ringan dengan Amelia Tjandra, marketing director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) dan Rokky Irvayandi, Executive Coordinator Marketing Communication Department PT ADM, OTOMOTIFNET.COM menemukan sedikit rahasia Xenia yang tetap mampu bertahan merebut hati konsumen di tengah kenaikan harga bahan baku yang terus meronggrong industri otomotif tanah air.
Xenia berada di pasar small APV khususnya di kelas low end, tentunya butuh perlakuan khusus bermain di sini. “Kita berada di pasar yang sangat luas namun sangat sensitif dengan kenaikan harga,” aku Rokky, padahal seperti kita tahu kenaikan bahan baku membuat harga Xenia terus naik, namun daftar inden Xenia tetap panjang loh, sampai tiga bulannan.
“Kenaikan harga kali ini sama seperti kenaikan harga sebelumnya. Coba kamu runut, kita tidak pernah menaikan harga lebih dari 3,5%. Kita sudah riset, kenaikan 3,5% masih aman pada daya beli dan segmentasi konsumen Xenia,” ungkap Amelia Tjandra yang tampil sumringah disela launching New Xenia VVTi.
“Toh dari kenaikan Rp 3,5 juta pada New Xenia VVTi, yang Rp 2,5 juta adalah kenaikan harga akibat beban peningkatan harga bahan baku, sedang yang Rp 1,5 adalah biaya panambahan fitur. Jadi tidak semua akibat keniakn harga bahan baku,” ungkap Amelia.
“Kenaikan 3,5% tidak akan merubah segmen pasar Xenia. Justru malah ada banyak konsumen baru dari segmen diatas Xenia, kalaupun turun kita masih punya Gran Max. Jadi tidak perlu khawatir,” tambah Rokky yang tetap yakin bermain di pasar low end punya konsumen yang cukup luas.
Berarti justru keuntungan, karena segmen diatas Xenia datang menyerbu. Tapi juga harus hati-hati jangan sampai makin banyak yang tak mampu beli. Tul ga?
Penulis/Foto: Popo