Mercedes-Benz Viano V350, Banyak Bikin Skor Meski Tekor

Otomotifnet - Selasa, 21 April 2015 | 17:04 WIB

(Otomotifnet - )



Jakarta
- Waah Ayaah, leganyaaa!” bilang Anggie, gadis remaja ku yang paling gede (13 tahun). Adiknya, Ghina (7 tahun), ngikut di belakangnya sembari menenteng boneka Little Pony kesayangannya. Enggak menunggu jawaban sang bapak, keduanya sigap ambil posisi masing-masing di row kedua yang hanya terisi dua jok.



Tombol aktif yang tampak di gambar bisa sampai 72

Ceklek, seatbelt dikunci, geleser pintu geser menutup setelah diaktivasi via tombol di dasbor. “Ehm, ayah, mama, pergi ke mana kita,” tanya Anggie bak juragan ke chauffeur-nya. “Ok Non, kita jalan-jalan ke Bogor dan Bandung yaa!” And… holiday with Mercedes-Benz Viano begin. Horeee….!

BE A SMART DRIVER

Kalau diibaratkan tim sepak bola, Viano V350 sudah cetak gol dari sisi kenyamanan. My Two Princesses dan ‘navigator plus’ enggak perlu waktu lebih dari setengah jam untuk tertidur pulas. Meski ditinggal tidur, enggak masalah juga.



Jok model captain seat plus safety belt individual. Nyaman sekaligus safety

Bukan apa-apa, satu hal yang bisa dicatat dari brand MPV asal Stuttgart, Jerman ini adalah, aspek kenyamanannya melebar sampai ke area pengemudi. Yes, sebagai driver, Viano ini sangat nikmat dikemudikan. Mulai dari posisi duduk, daya pandang ke jalan, posisi setir, ergonomi panel instrumen hingga indera elektronik pembantu lainnya. Dua nol!



Pintu elektris terbuka lebar

Memang sih, sebelumnya perlu waktu dua jam buat mempelajari semua fitur. Di dasbor tengah saja, ada 56 tombol aktif! Belum ditambah yang di setir (9), dasbor kanan (3), arm rest kanan (7) hingga yang tersemat di plafon di atas spion (4). Dan jangan lupa, tuas-tuas lampu, wiper dan shifter transmisi otomatisnya.



Kang Odeng, dipakai harian bisa tekor

Oh iya, sempat kebingungan cari tuas pembuka kap mesin, tengok kiri-kanan di area driver enggak ketemu. Buka buku manual enggak ada juga. Eh, enggak tahunya nyempil di bawah laci penyimpan sebelah kiri. Oh lala!

Begitu juga waktu mau isi bahan bakar. Nyatanya tombol pembuka tutup tangki memang tidak ada! Jadi mesti membuka pintu depan kiri lebih dulu, baru bisa membuka pintu tangki dan memutar tutupnya.

Kembali ke perjalanan, awal libur panjang akhir tahun 2014 memberi nafas buat Kota Bogor. Tidak se-crowded biasanya, Kota Hujan dan ‘sejuta angkot’ ini terlihat lengang. Iya! Selepas pintu Tol Jagorawi, berjumpa Terminal Baranang Siang sang sopir senyum-senyum karena enggak macet!

Pun demikian saat menuju Jalan Suryakencana, salah satu destinasi kuliner Kota yang baheula-nya bernama Buitenzorg ini, ramai tapi lancaar! Nah, ketemu problem waktu mau parkir. Juru parkir independen (bukan dari pemkot) menggiring Viano ke pelataran parkir sebuah ruko yang pas-pasan.

Waduh, dimensi MPV three pointed star ini terbilang bongsor, lebih gede dari Toyota Kijang Innova tapi masih di bawah bus Kopaja. Gimana nyelip-nya ya? Eh, berkat radius putar relatif kecil, bantuan power steering, sensor parkir dan kamera mudur, parkir di tempat sesempit itu jadi menyenangkan. Sukses meski bonnet menonjol 30 cm dari rata rata hidung mobil yang parkir.

Puas menikmati Bogor, destinasi berikutnya Kota Konferensi Asia-Afrika, Bandung. Di sinilah performa mesin, handling dan stabilitas Viano terbuktikan. Gimana enggak oke, bejakan spontan di pedal gas enggak mengurangi kenyamanan. Pasalnya, tidak membuat penumpang terguncang dan berasa ngebut.

Okay, lanjut ke pembuktian proporsionalnya bodi bongsor dan tenaga adalah ketika menghela di tanjakan, sementara mobil yang lain terlihat ngos-ngosan, Viano ini santai saja menyantap tanjakan panjang sembari menyusul. Ah, jebol lagi gawangnya, tiga nol untuk performa dan stabilitas!

Alhasil, sampailah di Parijs van Java, wisata kuliner dan bertemu handai taulan jadi menu wajib. Saat mampir, skor agak berubah. Apa pasal? Biasa lah, pertanyaan soal konsumsi BBM. Meski berbusa-busa menerangkan power to weight rasio, konfigurasi mesin V dan besarnya kapasitas. Tetap saja kunciannya di berapa jauh kilometer yang ditempuh dengan seliter Pertamax.

Kesimpulannya, “Oh boros ya. Kalau dipakai harian bisa tekor.” Yah, meski saya sekeluarga happy dengan tour singkat ini. Jadinya tetap kebobolan satu deh, skor akhir 3-1. Gak papa, mobil ini buat yang ngerti aja kok. • (otomotifnet.com)