Jakarta - Di segmen pasar mobil murah (LCGC), baru ada dua pemain. Toyota dengan model andalan Astra Toyota Agya dan Daihatsu dengan Astra Daihatsu Ayla. Nah, tahun depan bakal lebih ramai lagi, minimal kedatangan 3 merek. Dirjen Industri Unggulan Berbasis Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi menjelaskan kesiapan ketiga ATPM tersebut, saat menemani Jusuf Kalla mengunjungi IIMS, hari ini (24/9). Ketika ditanya ramainya soal LCGC, ia mengutarakan sikap pemerintah (dalam hal ini kementerian perindustrian).
Menurut Budi, untuk bisa bermain di arena LCGC, ATPM harus memenuhi beberapa persyaratan. Di antaranya efisiensi bahan bakar minimal harus 20 km per liter, pemakaian komponen lokal mencapai 80 persen dalam jangka lima tahun, dan harus memakai nama lokal. Dalam rilisnya disebutkan, program LCGC ini hanya berlaku untuk mesin bensin berkapasitas 1.000-1.200 cc dan diesel 1.500 cc.
Ketika ditanya kesiapan tiga ATPM, dijelaskan bahwa untuk lulus ditinjau dari dua sisi. "Untuk Honda, dari segi perusahaan sudah lulus, sedangkan kendaraannya masih dalam verifikasi," tegasnya.
Sedang Suzuki, dari sisi perusahaan sudah memenuhi syarat dan untuk kendaraannya belum. Begitu juga Datsun, kedua-duanya belum sama sekali.
Saat didesak, bagaimana sikap pemerintah (Kementerian Perindustrian) mengenai LCGC yang dihujat. "Diteruskan atau dihentikan?" tanya Otomotifnet H.
"Lo, yang mengusulkan adanya mobil murah ini kan dari kita, ya harus didukung," tegasnya. Karena, lanjutnya, proyek sudah jalan dan tak mungkin dihentikan. Bayangkan, "Di sektor manufakturing sudah ada sekitar 30.000 pekerja. Trus, di bagian distribusi mobil dan komponen, dealer dan pemasaran, workshop serta aftersales service diperkirakan 40.000 orang. Jadi, seluruhnya ada 70.000 orang," papar Budi.
Budi (tengah) bersama Jusuf Kalla (kiri) melakukan talk show di stand Suzuki
Alasan lain, proyek LCGC harus jalan karena negara lain dalam regional FTA (Free Trade Area) seperti Thailand, Malaysia, Cina, Jepang, dan Korea sudah punya LCGC. "Nah, bila kita tidak bisa memenuhi permintaan masyarakat dengan produk sejenis dari dalam negeri, maka akan terjadi banjir impor," sebutnya.
Budi melanjutkan, jika dibilang mobil murah tidak mendukung program pemerintah dalam hal efisiensi bahan bakar, "Siapa bilang tidak mendukung! Sekarang, bandingkan 1.000 unit LCGC dengan konsumsi 20 kpl dengan 1.000 unit yang 12 kpl. Berarti, penghematan konsumsinya mencapai 66 persen," tutup Budi. (mobil.otomotifnet.com)