OTOMOTIFNET - Oprekan yang Anda lakukan pada skutik seperti porting & polish, ganti karburator, pengapian, ubah klep, sampai bore-up dan stroke up memang dapat meningkatkan tenaga mesin. Tapi tanpa sentuhan pada sistem penerus daya, akan membuat akselerasi motor kurang maksimal.
"Lari motor memang jadi lebih enteng. Tapi biasanya kalau sistem penerus daya tidak ikut disesuaikan, akan membuat putaran mesin gampang sekali habis," buka Hari Anggi, mekanik R59, salah satu bengkel spesialis skutik di kawasan Ciputat, Tangerang.
Agar peningkatan performa tidak mubazir, ada satu bagian yang perlu diperhatikan. Yakni gigi reduksi atau biasa disebut rasio (gbr.1).
"Biar nafas mesin enggak cepat habis, rasio mesti diperberat," papar mekanik asli Ciputat ini. Langkah ini, sama dengan ganti gir depan-belakang pada motor bebek atau sport.
Makin berat artinya, hasil pembagian jumlah mata yang digerakkan dengan penggerak angkanya makin kecil. Contoh di Mio, standarnya 42/13 (3,23), yang lebih berat pakai 41/14 (2,92). Pilihan jumlah mata sangat beragam, dari 39/13, 40/14, bahkan sampai 39/16. "Terbaru ada 21/10 dan 23/10," ujar Ergus, bos R59.
Menurut Anggi, sapaan Hari Anggi, pemilihan rasio tak boleh asal. "Ada patokan yang didasarkan tingkat ubahan, kian ekstrem maka rasio makin berat," paparnya. Selain itu, tergantung juga pada jenis trek yang dilalui, jika sering ketemu trek lurus, rasio juga pilih yang makin berat.
Pilihan jumlah mata yang beragam, bisa bikin pusing saat memilih ukuran yang tepat. Jika harus mencoba satu per satu, tentu biaya yang dikeluarkan sangat besar. Mengingat harga cukup mahal, kisarannya Rp 300-500 ribu. Oh iya, mereknya banyak lho, ada Kawahara, CLD, Kitaco, LHK dan lain-lain.
Untung Anggi mau berbagi ilmu, untuk spek yang biasa diterapkan di besutan harian. "Pakai piston 58 mm cukup 41/14, piston 63,5 pilih 40/15, sedang di atas itu pakai 39/16," urainya sambil memberi catatan, itu jika sudah pakai pelek 17". Kalau masih 14" tentu butuh rasio lebih berat lagi.