Maju Kena Mundur Kena, Siapa Pengganti Toyota NAV1?

Bagja - Kamis, 31 Desember 2015 | 12:19 WIB

(Bagja - )

Jakarta - Dihadapkan pada kondisi yang sulit, Toyota Astra Motor (TAM) seolah harus memilih apakah mau terus memasarkan Toyota NAV1 atau sekalian saja distop dan mempersiapkan penggantinya. 'Maju kena mundur kena', lalu siapa yang cocok untuk menggantikan Toyota NAV1?

TAM sendiri sedari awal memposisikan Toyota NAV1 sebagai MPV diatas Toyota Kijang Innova. Sehingga, konsumen benar-benar dibuat tidak akan sekalipun berpaling ke merek lain, karena mulai dari yang terendah, Avanza, sampai Alphard semua ada, tinggal dipilih berdasar selera dan budget.

Johnny Darmawan, yang kala itu menjabat Presiden Direktur Toyota Astra Motor mengatakan kalau perkembangan tren dan kebutuhan konsumen yang makin beragam termasuk di segmen MPV membuat Toyota menghadirkan NAV1. Dengan begitu, konsumen semakin memiliki beragam pilihan.

“Toyota NAV1 menyasar keluarga yang ingin meningkatkan kendaraan di atas kelas Toyota Innova, tapi masih di bawah Toyota Alphard,” tambah Johnny.

Namun rencana tidak selalu berjalan sempurna. Penjualannya pun terus melesu sampai pada titik terendah sebuah mobil yang sudah diproduksi lokal, hanya 541 unit sepanjang tahun 2015 ini dari Januari sampai November. Ditambah, konstalasi segmen bikinan Toyota pun sedikit bergeser dengan hadirnya dua MPV baru.

dasbor mewah Toyota NAV1

Ada Grand New Avanza, yang sedikit mengangkat segmentasinya. Ditambah ada All New Kijang Innova dengan sejumlah ubahan yang membuat banderolnya merangkak naik mendekati Toyota NAV1. Mobil yang disebut terakhir ini juga seolah dibiarkan untuk mati dengan sendirinya, tak ada pembaruan yang membuatnya menjauh dari Kijang Innova.

Bayangkan saja, harga tipe termahal All New Kijang Innova Q diesel AT dijual seharga Rp 423,8 juta, sementara tipe tertinggi Toyota NAV1 banderolnya Rp 422,2 juta.

Karenanya, pergeseran segmen yang dibuat sendiri oleh Toyota membuat seleksi alam terjadi. Toyota NAV1 berada pada posisi yang tidak menguntungkan, maka daripada jadi benalu, lebih baik dihentikan saja produksi dan penjualannya. (Bagja)