Jakarta- Kenaikan harga untuk mobil baru sudah menjadi ‘hukum alam’ di setiap pergantian tahun.
Salah satu alasan yang acap dilontarkan pihak APM adalah karena perubahan tarif BBN.
Ditambah soal inflasi serta nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama dunia.
Pertanyaannya, berapa sebenarnya kenaikan harga yang umumnya terjadi selama ini?
Davy J. Tuilan sebagai 4 W Sales, Marketing and DND Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) memberikan penjelasan soal ini.
“Kita ambil contoh LMPV, ketika tahun 2004 muncul harganya masih di kisaran Rp 100 jutaan. Sekarang harga LMPV sudah Rp 200 jutaan Tahun ini, 2016, lebih dari 10 tahun kemudian terjadi kenaikan harga dua kali lipat.”
Ia menyebutkan, dengen begitu, bisa dibilang secara berkala ada kenaikan Rp 10 jutaan per tahun. “Tidak bisa dihindari kalau harga mobil tiap tahun akan mengalami kenaikan harga,” ujarnya.
Pertanyaan selanjutnya, apakah daya beli konsumen yang membeli satu model tertentu akan tetap bisa mengejar model terbaru dari mobil yang sama di lain waktu?
“Enggak bisa mengejar, entah untuk 10-15 tahun lagi, oleh karena itu setiap pemain otomotif roda empat selalu berusaha meng-create setiap segmen yang ada di bawahnya,” ujar Davy yang ditemui beberapa waktu lalu (21/1).
Kecepatan peningkatan income yang akan selalu ketinggalan dibandingkan peningkatan harga mobil yang kemudian memunculkan segmen baru bertajuk LCGC (Low Cost Green Car).
Termasuk rencana rilis mobil di segmen baru yang merupakan kelanjutan program LCGC yaitu LCEP (Low Emission Carbon Program) dan LCGC 7-seater?
“Kalau keputusannya (dari pemerintah) sudah turun, kami siap secepatnya meluncurkan mobilnya,” tegas Davy
Benarkah itu untuk tahun ini, karena beberapa APM Jepang juga mengaku sudah menyiapkan produk di segmen ini?
“Belum keluar kebijakannya,” elak pehobi biliar ini sambil tersenyum lebar sambil menerangkan bahwa mobil LCEP tak harus berbeda model dari line up LCGC yang sudah ada.
Dan Davy juga menyebutkan kalau LCGC 7-seater dari Suzuki juga sedang tahap riset mendalam.