Jakarta - Penghujung tahun lalu jelang membuka tahun 2016 ini, berhembus isu Toyota Sienta bakal dipasarkan di Indonesia. OTOMOTIFNET langsung tertegun, "Mau apa Toyota menghadirkan Sienta, sementara baca ini: Bisa Apa Toyota Sienta? Honda Freed Saja Tidak Laku
Namun ditengah kondisi pasar yang masih melesu, persaingan antar produk justru semakin mengencang. Produsen pun harus pintar-pintar atur strategi. Karenanya, Toyota Sienta dijadikan 'tameng' untuk menutupi senjata rahasia dari Toyota-Daihatsu yang dikabarkan bakal dihadirkan tahun ini.
Masuk bulan kedua tahun ini, isu tersebut masih berhasil. Opini publik pun tergiring kalau Toyota Sienta bakal mengisi segmentasi pasar menengah ke atas yang selama ini diisi oleh Toyota NAV1 yang bahkan diisukan akan stop produksi karena kehadiran Sienta.
Wajar kalau Toyota-Daihatsu butuh pengalihan isu. Kalau senjata rahasia ini terkuat publik, para kompetitor bakal tersenyum dan semakin menguatkan diri untuk menghadirkan produk yang sama. Para pemainnya pun bukan produsen kacangan, sebut saja Suzuki juga Honda--setelah selama ini Datsun sendirian berjaya.
Ya, mobil murah 7 penumpang. Segmen yang diprediksi bakal mengkilap di tahun ini bersama dengan SUV. Karenanya, fokus beberapa APM pun hanya pada dua segmen ini, mobil berjenis SUV dan LCGC.
Jadi kalau selama ini Toyota mengatakan akan mengisi celah kosong disegmen menengah atas dimana NAV1 berada, bisa jadi hanya sebagai pengalih isu, karena justru segmen bawah lah yang siap diisi--karena sudah dikosongkan sejak pertengahan tahun lalu.
Salah satu indikasinya, model terbaru Avanza-Xenia 'dinaikkan' kelasnya dengan kisaran harga Rp 150 juta ke atas. Sehingga tertinggal ruang kosong pada kisaran harga Rp 150 juta kebawah. Segmen ini justru akan diisi oleh satu mobil baru, kemungkinan besar berjenis MPV 7 penumpang.
Banyak yang bilang ini 'adiknya' Avanza-Xenia--tak salah juga kalau menyebut 'kakaknya' Agya-Ayla. Satu hal yang pasti, ada celah kosong yang sangat potensial, karena rentang harga segitu dianggap paling bisa dijangkau banyak kalangan.
Kecenderungan produsen untuk terus mengarahkan segmentasi ke bawah sudah bisa kita lihat pada Honda melalui BR-V. Kecenderungan ini pun ditegaskan lagi oleh Suzuki melalui Davy J. Tuilan sebagai 4 W Sales, Marketing and DND Director PT Suzuki.
Dirinya mengungkapkan, tiap tahunnya harga mobil pasti mengalami kenaikan dan ini tidak bisa dihindari. “Kita ambil contoh LMPV, ketika tahun 2004 muncul harganya masih di kisaran Rp 100 jutaan. Sekarang harga LMPV sudah Rp 200 jutaan Tahun ini, 2016, lebih dari 10 tahun kemudian terjadi kenaikan harga dua kali lipat.” katanya.
Namun kenaikan 'pasti' harga mobil setiap tahun tidak diiringi dengan peningkatan daya beli masyarakat secara umum, karenanya harga mobil bisa dibilang semakin hari semakin tidak terjangkau. Bahkan menurut Davy, kenaikan rata-rata pertahun bisa mencapai Rp 10 jutaan.
“Enggak bisa mengejar, entah untuk 10-15 tahun lagi, oleh karena itu setiap pemain otomotif roda empat selalu berusaha meng-create setiap segmen yang ada di bawahnya,” ujar Davy.
Nah, coba digaris bawahi, setiap produsen berusaha untuk membuat segmen baru di bawahnya. Honda BR-V merupakan segmen bawah dari crossover Honda HR-V. Pun begitu dengan rencana Toyota-Daihatsu yang akan membuat segmen baru dibawah Avanza-Xenia yang sudah sengaja dikosongkan.
Namun guna melancarkan rencana tersebut dan bisa fokus untuk mempersiapkan kehadirannya, perlu kamuflase tertentu. Maka kemungkinan besar Toyota Sienta yang hanya dijadikan flagship, sah-sah saja dijadikan pengalih isu. Publik pun kini berfokus pada MPV pintu geser terbaru dari Toyota tersebut.