Jakarta - Pada awal 2016 ini Kawasaki Bajaj Pulsar 200NS kedatangan rival yang sekelas, yaitu TVS Apache RTR 200 4V. Memiliki genre yang sama, asal muasal yang sama dari India, volume silinder juga sama 200 cc. Artinya keduanya benar-benar head to head, makanya kami komparasikan keduanya kali ini. Seperti apa hasil pengetesan keduanya? Yuk simak ulasannya. (motor.otomotifnet.com)
Desain
Dilihat secara sekilas kedua motor ini mempunyai desain yang mirip, menampilkan sosok yang kekar. Namun secara keseluruhan desain Pulsar lebih enak dilihat berkat garis bodi yang konsisten meruncing ke belakang.
Sementara desain Apache kesannya kaku dan lekukannya tak konsisten. Namun dengan adanya undercowl sisi bawah Apache jadi tampak lebih berisi. Keunikan ada di tangki, karena lubang tidak di tengah, desain asimetris ala BMW nih.
Fitur & Teknologi
Spidometer TVS Apache sudah full digital dengan fitur lengkap. Saat kunci kontak diputar langsung disambut dengan kalimat; “wear your gear, race on”. Informasinya ada spidometer, takometer, jam, posisi gigi, fuelmeter, odometer, tripmeter, lap timer, pencatat top speed dan shift light. Lampu utamanya automatic head lamp on (AHO) tapi dengan saklar lampu.
Saat posisi off dan lampu senja, lampu utama tetap menyala tapi redup sehingga usia bohlam lebih panjang. Dilengkapi juga dengan daytime running light (DRL) LED seperti alis, menyala sejak kontak on. Dibekali mesin 197,7 cc 4 langkah SOHC 4 klep dengan pengkabutan bensin injeksi close loop bikinan Bosch dengan throttle body 33 mm, sayang transmisi hanya 5 percepatan.
Oil cooler, oil cooled combustion chamber dan ram assist air cooling duct dipercaya sebagai tambahan sistem pendinginan. Tidak ketinggalan fitur andalan TVS yaitu charger hp dalam bentuk colokan USB tetap ada, posisinya di bawah jok depan. Lalu knalpotnya dibekali fitur double barrel yang menghasilkan suara ngebass.
Sementara Pulsar 200NS spidometernya gabungan antara jarum dan digital. Jarumnya menunjukkan takometer, sedangkan fuel level indicator, speedometer, jam, side stand indicator, service reminder, odometer dan tripmeter disuguhkan dalam bentuk digital. Sisanya ada shift light, low battery indicator, coolant temperature indicator dan low oil pressure indicator.
Switch di setang bisa menyala karena dilengkapi LED, mau pencet tombol sein atau lampu jadi lebih mudah, dan juga menambah daya tarik ketika malam. Lampu utamanya AHO pintar, akan menyala hanya ketika mesin hidup, dan otomatis padam sesaat setelah mesin mati, sehingga aki tak mudah tekor. Mesinnya 200 cc 4 langkah satu silinder SOHC 4 klep berpendingin cairan (pakai radiator) dengan transmisi 6 percepatan.
Namun sayang masih menggunakan karburator konvensional Ucal UCD33 mm, tapi standar emisi sudah Euro3. Knalpotnya model underbelly, makanya dari belakang tak kelihatan. Yang unik mesinnya menggunakan 3 busi yang dinamakan DTS-I (Digital Triple Sparkplug Ignition). Teknologi DTS-I ini diklaim mampu menghasilkan performa mesin maksimal dan emisi lebih ramah lingkungan.
Riding Position dan Handling
Duduk di atas Apache 200 rider dengan tinggi 168 cm butuh sedikit usaha untuk berdiri, karena jinjit. Lantaran tinggi jok mencapai 800 mm dan tangkinya yang lebar, memaksa kaki untuk lebih membuka. Namun joknya empuk dan tebal bikin pantat betah. Belum lagi dengan posisi setang jepit yang cukup tinggi, posisi riding jadi relatif tegak dan santai.
Handling terasa ringan dan mudah dikendalikan walaupun bobot mencapai 148 kg, melewati berbagai tikungan motor dirasa nurut. Namun ketika harus melakukan hard brake terasa limbung di depan, mungkin karena suspensi terlalu soft. Sedang yang belakang berbanding terbalik, monosok berlabel KYB terlalu keras untuk rider dengan bobot 57 kg karena reboundnya lambat.
Tapi begitu dipakai boncengan redaman jadi lebih lembut. Posisi duduk di Pulsar 200NS tidak banyak perbedaan dengan Apache, rider dengan tinggi 168 cm lagi–lagi harus jinjit, karena tinggi jok mencapai 805 mm dan lebar. Joknya juga terasa empuk dengan posisi setang jepit yang cenderung tegak dan rileks. Untuk meliuk di kemacetan harus sedikit sabar, karena motor agak susah ditekuk dan radius putarnya lebar.
Saat berkendara santai, suspensinya tidak terlalu lembut, terasa ketika melintasi jalan berlubang. Tapi saat dipacu kencang, handlingnya mantap dan anteng dibawa menikung. Redaman suspensi teleskopik 37 mm serta monosok bernitrogen tergolong stabil dan lebih bersahabat dengan rider berbobot 57 kg, apalagi bobot lebih ringan hanya 145 kg.
Performa
Karakter mesin Apache 200 khas overbore dengan diameter piston 66 mm dan stroke 57,8 mm, kendati rasio kompresi hanya 9,7:1 putaran mesin cepat naik ketika gas dipelintir. Meski begitu sejak rpm rendah akselerasi sudah cukup responsif, tapi halus tidak menghentak. Untuk perjalanan harian atau turing jauh pasti nyaman. Apalagi getaran sangat minim, mesinnya halus banget.
Sementara Pulsar 200NS lebih overbore lagi, mengusung diameter piston 72 mm dan langkah 49 mm. Ditambah rasio kompresi mencapai 11:1, efeknya mesin mampu berkitir lebih tinggi. Namun pada putaran bawahnya tidak terlalu istimewa, baru setelah menyentuh 5.000 rpm respon akselerasinya sangat cepat hingga limiter.
Karakternya lebih cocok untuk yang senang main high rev di kecepatan tinggi. Enggak lengkap jika perbandingan performa tak dilakukan pengukuran pakai dynamometer, diukur pakai Dynojet 250i milik Sportisi Motorsport di Rawamangun, Jaktim. Apache 200 tenaga maksimalnya tercatat 17,55 dk @8.700 rpm dan torsi 15,58 Nm @7.000 rpm. Sementara Pulsar mencapai 19,99 dk @10.000 rpm dan 15,53 Nm @8.700 rpm.
Perbedaan tenaga tentu berimplikasi pada hasil akselerasi pakai Racelogic. Misal kecepatan 100 km/jam Apache perlu waktu 11,7 detik, sedang Pulsar hanya 10,1 detik. Sedang jarak 201 meter Apache menempuhnya dalam waktu 11,3 detik, sedang Pulsar 10,8 detik saja. Sementara itu untuk top speed saat test ride di spido Apache tembus 137 km/jam, sementara Pulsar 133 km/jam. Data lengkapnya lihat di tabel ya!
Konsumsi Bahan Bakar
Diisi dengan bensin Pertamax oktan 92 dan dipakai harian di Jakarta sekitarnya, dengan berbagai kondisi jalan, ternyata terdapat perbedaan angka yang cukup lumayan yaitu 4,3 km/liter. Tepatnya Pulsar 200NS hanya 30,84 km/liter sedang Apache 35,1 km/liter. Tentu karena Apache sudah injeksi sehingga lebih efisien, dan karakter mesin yang sudah “berisi” sejak rpm rendah, sehingga tak perlu sering-sering buka gas sudah ngacir
Harga
Kedua motor ini ternyata dipasarkan dengan harga sama, Rp 23,9 juta on the road Jabodetabek. Tinggal pilih, mau yang nyaman dikendarai dan irit dengan sistem injeksi, yaitu TVS Apache RTR 200 4V, atau yang memiliki performa bengis dengan transmisi 6 percepatan berpendingin radiator yaitu Kawasaki Bajaj Pulsar 200NS
Data Tes
TVS Apache 200 4V
0–60 km/h : 4,2 detik
0–80 km/h : 7 detik
0–100 km/h : 11,7 detik
0-100 m : 7,3 detik
0-201 m : 11,3 detik
0-402 m : 18,1 detik
Top speed spidometer : 137 km/h
Top speed Racelogic : 126 km/h
Konsumsi bensin : 35,1 km/L
Tenaga mesin : 17,55 dk @8.700 rpm
Kawasaki Bajaj Pulsar 200NS
0–60 km/h :3,7 detik
0–80 km/h :6,3 detik
0–100 km/h :10,1 detik
0-100 m :6,9 detik
0-201 m :10,8 detik
0-402 m :17,3 detik
Top speed spidometer :133 km/h
Top speed Racelogic : 129 km/h
Konsumsi bensin :30,8 km/L
Tenaga mesin :19,99 dk @10.000 rpm