Sistem Rem Cakram, Berprinsip Hukum Pascal

Parwata - Rabu, 1 Juni 2016 | 06:43 WIB

(Parwata - )

Jakarta - Rem merupakan bagian penting di motor. “Fungsinya untuk memperlambat dan menghentikan kendaraan,” terang Ridwan Arifin, Staf Service Education PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.

Sistem pengereman motor saat ini mayoritas menggunakan tipe cakram, selain lebih sporti dan modern, kemampuannya dalam mengurangi laju juga lebih baik dibanding rem teromol. Buktinya di motor kencang dan di balap semua pakai rem cakram.

Hampir semua rem cakram menggunakan sistem hidrolik, yang menerapkan prinsip Hukum Pascal. Sedang yang pakai kabel konvensional zaman dulu ada di Honda GL100, sementara saat ini bisa dilihat di mocil Polini. Seperti apa sih detail sistem rem cakram hidrolis ini?

Secara garis besar, rem cakram terdiri dari 4 bagian yaitu; master rem, slang rem, kaliper rem dan cakram. Untuk lebih detailnya, mengenai rem cakram, simak ulasannya berikut ini • (otomotifnet.com)

 

Cara Kerja

Prinsip kerja rem hidrolik seperti disinggung di atas, menggunakan prinsip Hukum Pascal yang kita pelajari di bangku SMA yang berbunyi, “Tekanan yang diberikan zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan oleh zat cair itu ke segala arah dengan sama besar.” Jadi ketika tuas rem ditekan akan mendorong piston master, sehingga minyak rem akan terdorong dan tekanannya diteruskan ke segala arah, dalam hal ini tentu saja menuju ke kaliper lewat slang rem.

Dorongan minyak rem selanjutnya mendorong piston kaliper, yang sisi luarnya tertempel kampas rem.Hasilnya kampas rem menjepit cakram, sehingga terjadi gaya gesek dan putaran bisa diperlambat.

Minyak Rem

Ada beragam jenis minyak rem yang ada saat ini di pasaran, yang menggunakan kode standar DOT (Department of Transportation), antara lain adalah DOT 3, DOT 4, DOT 5 dan DOT 5.1. Semakin tinggi DOT maka semakin encer minyaknya dan semakin tinggi pula tingkat ketahanan temperaturnya, sehingga bisa dipakai untuk pengereman ekstrem.

DOT 3 memiliki titik didih 205° Celcius, DOT 4 230° Celcius. DOT 5 260° Celcius dan DOT 5.1 270° Celcius. Semakin tinggi angka DOT minyak rem semakin tidak mudah mendidih. Namun perlu dicatat, semakin tinggi DOT akan menambah pressure pada slang rem, sehingga spesifikasinya juga harus disesuaikan agar tidak terjadi kegagalan pengereman.

Fix, Semi-floating dan Floating

Disc brake atau piringan setidaknya ada 3 macam menurut pemasangannya pada pelek, yaitu fix, semi-floating dan floating. Fix banyak dijumpai di motor kecil, piringan langsung terbaut secara kuat ke pelek. “Ciri lain model ini kalipernya pasti fleksibel,” lanjut Benny. Hal ini dilakukan karena cakram belum tentu 100% lurus, ada keolengannya.

Semi-floating cirinya antara dudukan yang terikat ke pelek dan piringannya, terpisah dan disatukan dengan klem yang disebut conical washer, sehingga saat dijepit kaliper masih ada gerakan walaupun sedikit. Jenis ini banyak dijumpai di moge, sedang motor lokal misal di Yamaha YZF-R25. “Fungsi floating ini untuk mengurangi efek deformasi atau kerusakan disc brake akibat panas saat pengereman,” terang Ridwan.

Floating atau biasa disebut juga full floating piringan dan dudukannya benar-benar ada celah, sehingga bisa digoyang pakai tangan. Biasanya ditemui di rem aftermarket untuk keperluan balap. Ciri berikutya biasanya dipadukan dengan kaliper yang fix.

Cakram model ini saat direm suaranya berisik. Cakram juga didesain dilengkapi lubang, yang fungsinya untuk menghilangkan air dan debu serta mengurangi bobot. “Di motor off-road disc brake-nya memiliki pinggiran bergelombang untuk mencegah terkumpulnya lumpur,” imbuh Ridwan.

Problem

Ada berbagai kemungkinan problem pada rem cakram. Pertama rem terasa lunak seakan seperti spon. Penyebabnya dari banyak hal, seperti ada kebocoran di saluran, sil master rem rusak, ada udara di saluran, minyak rem kurang, atau saluran kotor. Problem kedua bisa handel rem keras atau bagel, penyebabnya dari saluran tersumbat, piston master dan kaliper macet, atau kalipernya sendiri yang macet. Ketiga rem seret, penyebabnya bisa dari piringan tak rata, kampas rem kotor, kaliper macet, saluran tersumbat atau piston kaliper macet.

Upgrade Rem

Banyak yang enggak puas dengan rem standar, makanya melakukan upgrade. Paling banyak dengan mengganti piringan berdiameter lebih besar, sehingga gaya gesek makin besar pula. Namun enggak sekedar lebih besar makin bagus. 

“Pilih yang berbahan bagus juga. Biasanya yang mengkilap justru kurang bagus, saat panas akan bebal dan enggak pakem. Yang bagus piringan agak buram, gaya geseknya malah lebih bagus,” ujar Benny Saputra, dari One3Motoshop di Serpong, Tangsel yang menjajakan berbagai perangkat pengereman.

Cara lain bisa dilakukan seperti yang diterangkan Tomy Huang, Director BRT yang juga penyedia sistem rem aftermarket dari Nissin. “Bisa dengan mengecilkan ukuran master rem dan pakai kampas dengan koefisien gesek atau μ yang lebih besar,” terangnya. Mengapa pakai piston master rem lebih kecil justru lebih pakem? Tentu saja ada hubungan dengan Hukum Pascal, di mana tekanan zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata, atau P1 = P2.

P1 tekanan di master rem yang merupakan hasil dari gaya kita meremas tuas rem (F1) terhadap luas bidang piston master (A1), sedang P2 adalah tekanan di kaliper yang besarnya sama dengan P1, besarnya dipengaruhi diameter piston kaliper (A2) dan gaya piston (F2).

Jadi jika piston master lebih kecil dikasih tekanan yang sama, maka dorongan piston kaliper jadi makin besar. Selain itu, upgrade yang jamak dilakukan pada slang remnya, dengan menggunakan tipe braided atau yang berayaman kawat baja, menggantikan slang karet bawaan pabrik.

Kelebihan slang rem braided akan lebih kuat terhadap tekanan, sehingga kerja rem jadi lebih stabil kendati dipakai secara ekstrem. Makanya di balap wajib pakai slang rem ini.