Di beberapa forum, pembahasan mengenai proses burn-in audio selalu menjadi hangat. Proses yang juga dikenal dengan istilah break in atau run-in ini adalah tahap memaksimalkan kemampuan komponen audio.
Biasanya produk gres pertama kali on belum bisa mengeluarkan suara 100%. Mengapa pabrik tak lakukan break-in? Penyebabnya untuk mencapai break-in optimal memerlukan waktu lama, biasanya berkisar 100-200 jam. Biasanya, lama break-in ini tertulis dalam user manual produk.
Salah satu instalatur yang melakukan proses break-ini dalah Rikky dari Cliport Audio Bandung. Rikky selalu menempuh tahap burn-in seperti yang dilakukan setelah menuntaskan pemasangan audio pada Toyota Fortuner milik Ajis. Proses ini dilakukannya dengan memutar CD gelombang audio pink noise selama 1 jam non stop. Pink noise sendiri merupakan material audio yang tersusun dari kumpulan sinyal acak.
Sedangkan menurut Eddy Salim, instalatur Automatch, Tanjung Pura, Pontianak. Speaker, head unit, power amplifier, dan kabel merupkan produk yang mesti melewati tahap break-in.
Umumnya produk yang belum break in suaranya kaku. “Paling kedengaran di bagian mid, terasa kaku dan kasar,” ujar Eddy. Sedangkan untuk highnya suaranya kurang tinggi serta kurang airy (vokal penyanyi ada bunyi-bunyi angin terekam mic, red.). Pokoknya suara yang keluar tidak bersih, tersendat-sendat.
Sedangkan suara sub biasanya tidak lembut dan kontrolnya kurang. “Seperti bunyi bas betot, mestinya behenti, tapi belum berhenti,” kata lulusan sekolah audio Mobile Dynamic, Arizona, Amerika dan peraih gelar MECP tingkat 2.
Speaker
Speaker membutuhkan masa break-in untuk mencapai kelenturan yang sempurna. Spider dan surround, merupakan dua komponen yang memengaruhi kelenturan dari sebuah speaker. Targetnya tercapai tanggapan frekuensi penyuara yang sesungguhnya. Dengan seringnya speaker digunakan, maka akan mempercepat masa break-in. “Masa break-in rata rata penyuara membutuhkan kurang-lebih 200 jam,” ujar Leonardi Gunawan, instalatur Linear Autosound, Serpong, Tangerang.
Head Unit
Sedangkan break-in untuk head unit lebih pada penyempurnaan kinerja secara elektronik. Menurut Eddy 30 jam saja head uni sudah cukup. Penyebabnya head unit sekarang jeroannya sudah dibekali dengan perangkat digital dan IC. “Dalam IC terdapat ribuan komponen mikro, karena ukurannya kecil tidak terlalu membutuhkan waktu lama untuk break in,” tutur Eddy Salim.
Power amplifier
Seperti juga di head unit, break in di power lebih dibutuhkan untuk penyempurnaan kerja komponennya. Kapasitor merupakan komponen yang jadi sasaran break-in. Hal ini disebabkan lantaran kapasitaor yang berperan menyimpan arus buat sementara butuh jam terbang tinggi agar benar-benar kerja optimal.
Kalau sudah break-in kapasitornya akan lebih mulus menampung dan melepas arus listrik. “Makanya suara jadi lebih bagus,” ungkap Eddy. Untuk break-in di power amplifier berlaku pula buat komponen seperti prosessor dan lainnya yang menggunakan kapasitor.
Kabel
Khusus kabel, prosesi break-in bertujuan menyempurnakan sususan atom di dalam bahan kabel itu sendiri. Jadi ketika bahan metal dialiri listrik, susunan atom dalam bahan itu dengan sendirinya akan berubah. Biasanya untuk kabel 100 jam sudah bisa optimal kinerjanya.
CD BREAK IN
Untuk melakukan break-in bisa dilakukan dengan menggunakan CD audiophile biasa. Namun kalau enggak mau repot ada CD khusus break-in. “Di Indonesia orang banyak pakai XLO,” kata Eddy yang kelahiran 1974.
Pada CD XLO speaker diberikan sinyal atau gelombang sinus sehingga bergerak secara paksa. “Namun hati-hati, speaker bisa overheat dan menyebabkan cacat pada koilnya,” kata Eddy. Agar tak terjadi masalah pakai CD XLO dengan level suara normal pendengaran manusia. Biasanya setelah 6 jam atau 8 jam dibunyikan, suara sudah mulai meningkat kualitasnya.