Jakarta - Masih bingung mana yang lebih oke, motor dengan mesin SOHC (single overhead camshaft) atau DOHC (double overhead camshaft)?
SOHC paling banyak dipakai di motor lokal, sesuai namanya, sistem ini hanya punya 1 camshaft dengan 2 lobe untuk menggerakkan klep masuk dan buang. Kem SOHC punya kelebihan gesekan lebih ringan dibanding DOHC. Dan umumnya unggul di putaran bawah dan akselerasi.
Sedang DOHC seperti Yamaha YZF-R25, tiap camshaft punya dua lobe (tergantung jumlah klep) yang masing-masing langsung menekan tapet camshaft dan klep. DOHC punya kelebihan tenaga besar di putaran atas, cocok buat yang berperforma tinggi.
Mana yang terbaik?
Kembali pada karakter mesin yang ingin dicapai saat menciptakan sebuah sepeda motor. Mau kenyamanan berkendara dan konsumsi bensin yang hemat atau performa tinggi? Konsumen tinggal pilih sesuai kebutuhan.
Tapi rasanya.. Sudah lewat masa memperdebatkan kedua teknologi tersebut. Sekarang sudah zamannya motor pakai konstruksi kepala silinder ber-variable valve. Bukan lagi unggul di putaran atas atau bawah, tapi terbaik di semua putaran mesin.
Jika melihat history-nya, perkembangan mesin mobil dengan teknologi variable valve di Indonesia mulai berkembang pesat pada awal tahun 2000-an karena makin banyak pilihan mobil di kelas menengah dengan teknologi ini.
Hingga saat ini, hampir semua mobil baru pakai variable valve, dan tidak mungkin dipertahankan jika performa juga efisiensi yang ditawarkan tidak lebih baik.
Pada sepeda motor bermesin kecil, Yamaha menjadi pioner dengan teknologi Variable Valve Actuation (VVA).
Setelah sukses sejak 2015 lewat Yamaha NMAX, kini Aerox 155 juga pakai VVA. Teknologi yang sama diterapkan pula ke motor sport. All New Yamaha R15 dan All New V-Ixion R sudah pakai VVA. Kedepannya semua motor Yamaha akan pakai teknologi ini?
“Kemungkinannya akan selalu terbuka,” ungkap GM Aftersales & Public Relation PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), M. Abidin saat ditemui di sela peluncuran R15 baru beberapa bulan yang lalu.