Jakarta-Enggak ditutupi, masyarakat Indonesia dikenal gemar memaksimalkan kesempatan yang ada, termasuk salah satunya adalah pemanfaatan kendaraan ketika pergi berlibur.
Maka itu gampang ditemui jumlah muatan berlebih saat musim libur seperti jelang lebaran ini.
Ambil contoh, mobil dengan kapasitas 7 penumpang, bisa dipaksa membawa penumpang lebih dari itu.
Belum lagi jika berbicara tentang barang bawaan, setiap jengkal ruang yang tersedia di kendaraan bisa terisi penuh.
Masih belum cukup, bagian atap disulap menjadi bagasi ekstra untuk mengakomodir barang bawaan yang membeludak.
Patut diwaspadai, perilaku seperti ini membuat beban yang diusung kendaraan menjadi lebih berat dan akan mempengaruhi kenyamanan mengemudi.
Mau tahu seperti apa efeknya? Silakan simak bahasan berikut.
Handling Sensitif & BBM ‘Boros’
Membawa beban berlebihan saat mudik jelas membuat keseimbangan kendaraan jadi terganggu.
Imbasnya pengemudi akan lebih sulit mengendalikan kestabilan kendaraan.
Utamanya terkena gejala body roll, bouncing atau yawing saat bermanuver atau pada kecepatan diatas 80 km/jam.
Karena ada beban berlebih sudah tentu mesin harus berkitir lebih tinggi agar tetap berada dalam rentang torsi maksimum.
Bahan bakarpun ikut mengucur lebih deras karena kondisi ini.
Akan lebih parah bila medan yang dihadapi adalah tanjakan, Anda harus menyiapkan momentum yang tepat agar kendaraan tetap terjaga kecepatannya.
Karena akselerasi kendaraan yang overload akan jauh lebih lamban dibanding kondisi normal.
Siapkan Jarak lebih dan Batasi Kecepatan
Jika sudah terlanjur mengendarai kendaraan berstatus overload, anda harus menyiasatinya agar laju tetap terkendali dan tidak membahayakan pemakai jalan lainnya.
Kurangi kecepatan maksimum dan jangan melakukan manuver mendadak.
Di jalanan lurus seperti tol batasi sampai 80 km/jam.
Sedangkan ketika melintasi jalanan yang berliku batasi sampai dengan 40 km/jam saja.
Paling amannya adalah berikan jarak yang lebih panjang untuk pengereman, untuk berhenti kurang lebih butuh sekitar 5 detik.
Bila dengan bobot normal hanya membutuhkan 3 detik saja untuk berhenti.
Gaya inersia atau lontar yang dimiliki mobil dengan bobot berlebih akan lebih besar sehingga kinerja rem jadi tidak maksimal.
Contoh nyatanya, bisa lihat kendaraan besar seperti truk yang butuh jarak pengereman lebih panjang dibanding kendaraan kecil.
Perhatikan Spek Kendaraan
Sebelum mulai menumpuk barang dan penumpang di besutan Anda, alangkah baiknya bila mempelajari terlebih dahulu mengenai payload atau batasan aman beban yang dapat diusung oleh kendaraan.
Angkanya dapat diketahui bila telah menemukan berat bersih atau Curb Vehicle Weight (CVW), dan berat kotor alias Gross Vehicle Weight (GVW) yang pada umumnya tertera di buku panduan pemilik.
CVW sendiri adalah bobot kendaraan siap pakai yang di dalamnya sudah termasuk oli, air pendingin, bahan bakar, toolkit, dan ban serep.
Namun itu belum termasuk orang dan barang,
Sedangkan GVW adalah berat CVW yang sudah ditambah muatan dan penumpang.
Rumus untuk mencari payload adalah dengan mencari hasil dari berat kotor dikurangi berat bersih (GVW - CVW).
Sebagai contohnya adalah bobot dari beberapa Low MPV yang ramai beredar di jalanan berikut ini.
Ambil contoh, untuk Suzuki New Ertiga, CVW nya sebesar 1.160 kg dan GVW yang ditetapkan sebesar 1.775 kg.
Sehingga ditemukan angka payload sebesar 615 kg.
Kemudian untuk MPV terlaris Toyota punya angka yang berbeda. Payload yang dimiliki Grand New Avanza adalah 555 kg.
Angka itu didapat dari pengurangan GVW yang mencapai 1.700 kg dan CVW sebesar 1.145 kg.
Pada umumnya penumpang memiliki bobot seberat 70 kg, jika dikalikan 7 sesuai dengan kapasitas jok maka angka 490 kg akan didapatkan.
Angka tersebut belum termasuk dengan barang bawaan.
Jadi, Anda harus lebih bijak menjaga bobot kendaraan agar tetap berada dalam payload, atau keselamatan mengemudi jadi taruhannya.