JAKARTA-Kalau Anda perhatikan dalam perhelatan GIIAS 2017 nampak sejumlah APM menampilkan mobil listrik maupun hybrid.
Sebut saja BMW dengan i3, Toyota dengan CH-R, Mercedes-Benz E350 plug in hybrid, dan Nissan Note “E-Power”.
Itu ternyata bukan sekadar pajangan lho.
Informasi yang diterima OTOMOTIF menyebutkan bahwa pihak Gaikindo, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan juga Kementerian ESDM tengah intensif melakukan guna membahas perwujudan program mobil listrik, atau juga hybrid.
Tujuannya mempercepat pelaksanaan program LCEV (Low Carbon Emission Vehicle) yang sudah dicanangkan sejak muncul program LCGC dua tahun 2013.
Masa persiapan industri otomotif nasional dalam program LCEV hingga tahun 2025 dianggap terlalu lama.
Karena beberapa APM ternyata sudah siap tahun depan untuk segera merilis produksi pabrik mobil listrik ataupun hybrid di Indonesia.
Kalaupun untuk mobil listrik ‘murni’ masih terkendala soal ketersediaan infrastruktur pendukung maka opsi mobil hybrid bisa jadi jalan tengah.
Jika belum ada pabrik yang bisa memproduksinya di Indonesia maka impor mobil utuh sedang diperjuangkan bisa dilakukan tahun depan.
Karena membuat mobil listrik ataupun hybrid butuh spesifikasi pabrik yang berbeda dibandingkan memproduksi mobil konvensional.
Sumber OTOMOTIF tersebut menyebutkan bahwa sebuah pabrik untuk mobil hybrid ataupun listrik tak ubahnya pabrik produk elektronika yang harus steril debu dan sejenisnya.
Nah, kalau memang opsi impor utuh mobil hibrida bisa terwujud di akhir tahun ini maka yang juga sedang dibahas intensif antara pihak Gaikindo, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan juga Kementerian ESDM adalah soal insentif pajak impor utuh itu.
Kalau memang tujuannya mempercepat massalisasi mobil hibrida, sebagai tahap perantara menuju mobil listrik, maka tarif nol persen adalah satu keharusan.
Informasi yang sama menyebutkan kalau paling tidak, Toyota sudah siap hadirkan CH-R versi hybrid saja.
Berbekal kemungkinan insentif pajak impor nol persen maka harga mobil itu akan bisa ditekan habis-habisan.
Bahkan, jika memang tarif impor nol persen bisa diwujudkan maka kalau ada APM yang memilih menyodorkan spesifikasi mobil hybrid dengan model yang sudah beredar maka label harganya tak ubahnya melihat mobil versi transmisi manual dan otomatis.
Itu artinya, alergi terhadap mobil hybrid dan listrik karena harga yang tinggi akan hilang.
Seru nih!
Baca juga:
Sekjen ESDM Optimis Mobil Listrik di Indonesia Akan Berhasil
Meraba Mesin Yang Dipakai Toyota CH-R, 1.500 Atau 1.800cc Ya?
Insentif Pajak LCEV, Mobil Hybrid dan Listrik Bakal Lebih Terjangkau
Di Balik Sedan-Sedan Buas, BMW Ternyata Juga Tampilkan Mobil Listrik Di GIIAS 2017