Ternyata Mobil LCGC ‘Tidak Bisa’ Diekspor, Sehingga Mobil Hybrid Dan Listrik Yang (Harus) Didorong…

erie - Senin, 21 Agustus 2017 | 17:45 WIB

(erie - )

Jakarta-Era dunia soal mobil hybrid, listrik, ataupun hidrogen jelas tak bisa ditahan oleh pemerintah Indonesia.

Setelah Thailand dan Malaysia, tinggal Indonesia yang belum ‘merestui’ hadirnya mobil hybrid dan listrik secara massal. 

Padahal kalau melihat rencana strategis industri otomotif nasional, setelah program LCGC maka secepatnya diluncurkan program LCEV (Low Carbon Emission Program). 

Masalahnya pelaksanaan program LCEV, dari sisi membangun unit produksi,  tak seperti membangun program LCGC yang relatif tidak butuh peranti yang ‘canggih’.

Unit produksi mobil ramah lingkungan seperti hybrid dan mobil listrik tak ubahnya membangun unit produksi produk elektronik. 

Harus lebih steril dibandingkan tempat produksi mobil secara konvensional. 

Selain itu, ternyata kandungan teknologi program LCGC tak ‘secanggih’ yang dibayangkan. 

Sehingga saat masuk ke fase ekspor, produk LCGC tak punya pasar yang terlalu besar karena mobil konvensional nan murah sejenis sudah bisa diproduksi oleh pabrik milik pabrikan di negara lain selain Indonesia. 

Pada kenyataannya juga tak semua negara ada pabrik milik pabrikan yang menghasilkan produk hybrid atau mobil listrik.

Padahal tren mobil minim asap itu sudah jadi tren dunia dalam tiga terakhir. 

Alhasil, Indonesia harus mempercepat program LCEV kalau tak ingin porsi ekspor otomotifnya tergerus oleh Thailand dan Malaysia. 

Kedua negara tetangga tersebut sudah mulai menghasilkan, paling tidak mobil hybrid. 

“Untuk memenuhi hal itu sejumlah APM yang sudah punya kemampuan menghasilkan produk dalam skema LCEV istilahnya mendorong pemerintah untuk mempercepat realisasi program ini,’ ujar sumber Otomotifnet.com. 

Ditemui di sela perhelatan GIIAS 2017 lalu, sumber tersebut menyebutkan bahwa tren mobil hybrid dan sejenisnya tak bisa ditahan-tahan lagi oleh pemerintah Indonesia. 

“Paling tidak saat ini ada peluang besar untuk ekspor mobil hybrid dari luar Jepang dan negara-negara Eropa yang sudah digarap oleh negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand,” ujar sang sumber lagi. 

Apalagi Tiongkok sedang sangat agresif pula mengundang secara besar-besaran pabrikan utama dunia untuk membangun pabrik mobil hybrid maupun listrik.

Bisa ditebak pula tujuannya dari ketiga negara tadi,  selain untuk memenuhi kebutuhan maka tujuan ekspor adalah target yang pasti juga dikejar.  

Kalau tidak mulai dari sekarang, masih menurut sumber ini, maka Indonesia akan hanya jadi pasar dari mobil-mobil hybrid dan listrik. 

“Dorongan untuk mempercepat realisasi LCEV ini sudah dimulai sejak semester pertama tahun 2016,” ungkapnya lagi.

Dipungkaskan oleh sumber yang sama, bekal pasar dalam negeri yang besar mestinya bisa jadi modal buat mempercepat program LCEV.

Semoga bisa terwujud tahun ini…          

Baca juga: 

Insentif Pajak LCEV, Mobil Hybrid dan Listrik Bakal Lebih Terjangkau

Hot Info! Aturan Mobil Listrik dan Hybrid Siap Akhir 2017, Banyak Orang Indonesia Bisa Naik Mobil Listrik 2018

BMW Optimis Mobil di Indonesia Akan Berkiblat ke Hybrid. Anda Siap?