JAKARTA – Insinyur otomotif Indonesia, jangan mau jadi ‘tukang jahit’. Ayo insinyur Indonesia ikut andil dalam pengembangan produk. Pesan ini disampaikan pada gelaran Apresiasi Product Development Indonesia (APDI) yang berlangsung di pameran GIIAS 2017 (18/8).
Insinyur otomotif Indonesia diakui jumlahnya banyak. Mereka tersebar di berbagai lini industri perakitan mobil dan motor hingga industri sukucadang serta aftermarket.
Sayangnya, keterlibatan insinyur otomotif sebagian besar hanya sebagai perakit di pabrik. “Teman-teman insinyur masih jarang terlibat pada pengembangan desain dan perhitungan sebuah produk otomotif.
Mereka pun akhirnya juga tidak punya otoritas terhadap produk tersebut. Sangat disayangkan,” papar Achmad Rizal, Ketua Panitia Pelaksana APDI 2017, sekaligus Ketua Bidang Re-industrialisasi Ikatan Alumni ITB (IA ITB).
Padahal, pasar otomotif tanah air begitu besar. Insinyur Indonesia sejatinya paham betul selera pasar negeri sendiri, sehingga harusnya diberikan kesempatan untuk berkontribusi lebih besar.
Melalui ajang APDI 2017, yang digagas oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) bersama Kementerian Perindustrian. Diharapkan dapat memacu desainer dan insinyur Indonesia dalam rancang bangun product otomotif.
Apalagi pasar otomotif nasional terus tumbuh. “Diharapkan dari program ini menjadi katalisator pengembangan kemampuan desainer dan insinyur Indonesia untuk menjadikan Bangsa Indonesia menjadi Bangsa Pemenang di industri otomotif,” tegas I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen ILMATE, Kementerian Perindustrian.
Kemampuan para insinyur Indonesia diakui sangat kompetitif, sehingga berani diadu dengan negara lain. Khususnya di tingkat Asia, semisal India dan Thailand.
“Jika tidak segera didorong kemampuan para insinyur Indonesia, dikhawatirkan insinyur Indonesia hanya akan jadi insinyur produksi alias tukang jahit dari insinyur India dan Thailand,” beber Putu. (Otomotifnet.com)