Hati-Hati Sembarang Pakai Carbon Cleaner, Ketika Dites, Ini Risikonya!

Andhika Arthawijaya - Jumat, 26 Juni 2020 | 22:15 WIB

carbon cleaner model foam atau busa (Andhika Arthawijaya - )

Hasilnya, bagian piston yang disiram carbon cleaner keluaran Swez, tampak tetap fine-fine saja alias tidak meninggalkan residu.

Namun pada bagian kepala piston yang disiram cairan carbon cleaner aftermarket, tampak berwarna putih alias meninggalkan residu.

Saat ditanya kenapa bisa terjadi seperti itu, “Itu efek dari sifat basa atau alkali yang dikandung cairan carbon cleaner-nya. Makin tinggi nilai PH-nya (makin basa, red), akan bersisiko lebih korosif pada material alumunium,” jelas Sumarno.

Masih menurut Sumarno, kadar PH yang aman pada cairan carbon cleaner adalah sekitar 11 – 12, “Di atas itu akan sangat reaktif terhadap bahan aluminium,” tukasnya sembari menyebut nilai 6 - 7 untuk PH itu berada pada tingkat netral.

Masmun Sukses Motor
Hasil penggunaan carbon cleaner Swez dengan PH 12 setelah piston dibakar sampai 200 derajat.

“Ini sekadar knowledge aja, kebetulan sampel produk Swez punya kadar PH yang setelah saya ukur berada di angka 12, sedangkan produk lainnya mencapai 14,” imbuhnya lagi.

Mungkin kalau baru sekali dua kali menggunakan cairan carbon cleaner yang nilai PH-nya tinggi, tidak akan begitu terasa dampak buruknya.

Namun jika terlalu sering, dikhawatirkan untuk jangka panjangnya dapat merusak material aluminum pada komponen di dalam ruang bakar.

Gak kebayang deh kalau tiba-tiba piston mobil kita pecah karena rapuh akibat korosi saat lagi melaju kencang, iihh… serem!

Masmun Sukses Motor
Hasil penggunaan carbon cleaner dengan PH 14.