Otomotifnet.com - Untuk mengkonversi motor bermesin bensin konvensional menjadi motor listrik, perlu membutuhkan beberapa part.
Selain motor atau dinamo sebagai pengganti mesin, perlu juga memilih baterai yang akan digunakan.
Pasalnya baterai menjadi satu-satunya sumber listrik yang penyuplai dinamo, ini juga jadi penentu seberapa jauh jarak yang ingin ditempuh sebuah motor listrik.
Pemilihan baterai ini ternyata harus disesuaikan dengan kebutuhan, jumlah request dari dinamo dan juga controller.
Baca Juga: Mau Konversi Motor Bensin Jadi Listrik? Ini Panduan Memilih Dinamonya
Selanjutnya pemilihan tipe baterai juga dikembalikan ke budget. Saat ini yang baru dipakai dan dikembangkan yaitu SLA, Lithium dan LTO.
“Kecenderungannya orang masih belum begitu paham soal motor listrik, jadi soal maintenance disarankan pakai baterai kering,” ujar Dian.
Selain harga ekonomis dan lebih mudah didapat, risikonya pun lebih minim di saat emergency, seperti overcharge.
Beda dengan baterai Lithium maupun LTO, harganya lebih mahal dan resikonya lebih tinggi.
Namun, tentu ada harga ada rupa. Baterai Lithium dengan harga lebih mahal punya life cycle lebih panjang.
Baca Juga: Skema Cicilan Selis E-Max Lithium, Motor Listrik Imut Banderol Rp 30 Jutaan
Misal SLA atau baterai kering kurang lebih 600-800 cycle, Lithium bisa 1.000-1.500 cycle dan LTO bisa di atas 2.000 cycle.
Di samping itu ukuran lebih kecil dan ringan, meski harga lebih mahal.
“Pilihan baterai di Petrikbike dari 1 kWh sampai 7 kWh, harganya dari Rp 2,5 juta sampai Rp 15 juta."
"Contoh jarak tempuh 50 km dan 70 km bisa beda biaya sampai Rp 3 jutaan,” rinci Ady Siswanto dari Petrikbike.
Nah mau pilih yang mana?