Otomotifnet.com - Proyek pengerjaan ruas Tol Binjai-Pangkalanbrandan ditargetkan akan selesai pada akhir tahun ini.
Tol tersebut masuk dalam proyek pembangunan Trans Sumatera untuk ruas Binjai-Langsa yang seluruhnya ditargetkan selesai pada Maret 2022.
Proyek pembangunan tol yang dipegang Hutama Karya (HK) ini diperkirakan punya panjang 131 km.
Adapun rincian Trans Sumatera tersebut tol Binjai-Stabat 12,3 km, Stabat-Tanjungpura 26,2 km, Tanjungpura-Pangkalanbrandan 18,9 km, Pangkalanbrandan-Kualasimpang 44,2 km, dan Kualasimpang-Langsa 29 km.
Pimpinan Proyek Tol Binjai-Langsa Hestu Budi Husodo mengungkapkan, saat ini Hutama Karya berada dalam proyek Binjai-Pangkalanbrandan dengan ruas sepanjang 58,85 km yang ditargetkan siap akhir tahun ini.
"Kalau secara proyek namanya itu Binjai-Langsa. Tapi, yang dikerjakan Hutama Karya itu Binjai-Langsa. Pelaksanaan konstruksinya bertahap dari Binjai-Pangkalanbrandan," ungkap Hestu, Rabu, 22 September lalu.
Ia menambahkan pembangunan Tol Binjai-Pangkalanbrandan akan menghemat waktu perjalanan dan mampu membuka sektor industri baru di beberapa wilayah.
Baca Juga: Jadi Tanggul Laut, Tol Semarang-Demak Diberi Matras Bambu 17 Lapis Pertama di Indonesia
"Tentunya kalau arus lalu lintas lancar, industri tak lagi hanya terpusat di Medan. Pengusaha akan berani membuka pabrik di Pangkalanbrandan,"
"Saya kira tol ini dapat meningkatkan daerah industri baru dan hasil produk perkebunan. Industri dapat berkembang dan meluas di daerah lain," ujar Hestu.
Ia mengklaim, pembangunan tol yang diperkirakan memakan anggaran hingga 13 triliun tersebut, akan mampu mempercepat pengantaran logistik untuk sektor industri, dan kendaraan untuk penumpang umum yang hanya memerlukan jarak tempuh 45 menit.
Ini memangkas waktu tempuh sekitar 50 persen dibanding perjalanan Binjai-Pangkalanbrandan lewat jalur jalan umum.
"Jika tol ini rampung pengangkutan logistik Binjai-Pangkalanbrandan, yang sangat padat saat ini, akan lebih cepat. Sepanjang jalan ke Brandan itu kan hampir semua basis perkebunan. Jadi, sektor perkebunan yang diolah di Medan, atau dibawa ke Belawan akan lebih cepat dengan adanya tol ini," ujar Hestu.
Berdasar keterangan Hestu, proses pengerjaan ruas Tol Binjai-Pangkalanbrandan masih sekitar 39 persen untuk pengerjaan konstruksi.
Pembangunan tol ini, setidaknya dibutuhkan 632,28 hektare lahan.
Pembebasan lahan saat ini sudah sekitar 212,35 hektare atau 33,58 persen.
"Kalau proses pembebasan lahan agak lama itu, inventarisasi. Setelah diukur hasilnya tak langsung disepakati. Ketika hasil ukurannya disampaika ada beberapa warga yang bilang ukuran lahannya tidak begitu. Nah, kalau gitu kan harus didatangi lagi dan diukur lagi. Padahal satu desa itu harus lengkap, nggak boleh tak lengkap. Itu yang membuat lama," ujarnya.
Pada ruas Tol Binjai-Pangkalanbrandan ini ada empat rest area dari total enam rest area jika sudah rampung hingga Langsa.
Saat tim Tribun Medan berkesempatan menyusuri area lokasi pembangunan tol di STA 8+250 sampai 8+500, kondisi saat itu dalam masa proses pengerjaan.
Di antaranya pemancangan abutment dua jembatan Sungai Rorotan, pengerjaan bekisting abutment satu, dan pengerjaan timbunan.