Otomotifnet.com - Sejarah perusahaan minyak dan gas raksasa dunia, Shell.
Baru sedikit yang tahu, ternyata Shell sebenarnya lahir di pulau Sumatera, Indonesia.
Shell sejatinya perusahaan Belanda namun terdaftar di Inggris.
Asal-usulnya bermula saat Indonesia masih dijajah Belanda.
Dikutip dari laman resminya, Shell awalnya terbentuk dari Aeilko Jans Zijklert, seorang Eropa asal Jawa Timur yang memutuskan pindah ke Pantai Timur Sumatera.
Aeilko Jans Zijklert bekerja di perkebunan tembakau setelah pemerintah Hindia Belanda membuka investasi perkebunan partikelir di Sumatera di tahun 1880.
Kala itu, Hindia Belanda tengah menerapkan tanam paksa.
Setelah berkeliling Sumatera, ia menemukan jejak cadangan minyak besar di Langkat, Sumatera Utara.
Setelah diteliti, kandungan minyak itu mengandung 62 persen parafin. Insting bisnisya pun muncul.
Usai menemukan minyak, ia memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Ia lantas meminta izin dari penguasa lokal yakni Sultan Langkat untuk mengeksplorasi minyak pada tahun 1884.
Uang tabungan yang sudah lama dikumpulkan Zijklert kemudian dipakai untuk membiayai eksplorasi dan eksploitasi minyak.
Namun apes yang didapat, sumur yang dibornya ternyata kering alias tidak banyak menghasilkan minyak.
Uang yang dihabiskan pun tak sedikit.
Tak menyerah, ia mencoba peruntungannya dengan mengebor di sumur lain yakni di daerah Telaga Said dekat desa bernama Pangkalan Brandan di Sumatera Utara.
Kali ini Zijklert berhasil menemukan minyak yang besar di sumur baru yang kemudian dikenal sebagai Telaga Tunggal 1.
Tak lama kemudian, sumur ini mulai berproduksi dalam jumlah komersial.
Pada tahun 1890, setelah mendapatkan untung besar dari minyak, Zijlker merasa cukup percaya diri mendirikan perusahaan bernama Royal Dutch Company yang dicatatkan di Den Hag.
Ketika Zijklert meninggal pada 27 Desember 1890, rekannya De Gelder yang bersama-sama ikut mengerjakan pengeboran minyak menemukan sumur baru lainnya di Pangkalan Brandan.
Pengeboran pun langsung dilakukan, kemudian ia juga membangun fasilitas pengiriman minyak di Pangkalan Susu agar minyak bisa diekspor melalui laut.
Pada tahun 1898, pemerintah Hindia Belanda juga telah menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan dan dermaga yang akan menjadi pelabuhan pengiriman minyak pertama di Pangkalan Susu.
Sementara itu di Kalimantan pada tahun 1897, perusahaan lain, Shell Transport and Trading Company Ltd juga menemukan minyak di Kalimantan Timur dan pada tahun yang sama mendirikan kilang kecil di Balikpapan, yang mulai beroperasi pada tahun 1899.
Kilang di Balikpapan ini kemudian menjadi salah satu cikal bakal Pertamina.
Pada pergantian dari abad ke-19 ke abad ke-20, sumur minyak telah banyak ditemukan di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Timur, dan Kalimantan Timur.
Kilang-kilang minyak pun telah didirikan di setiap daerah kaya minyak itu.
Tercatat, saat itu ada 18 perusahaan yang mengebor minyak di Indonesia.
Pada tahun-tahun awal abad ke-20, dari 18 perusahaan minyak itu, dua yang paling menonjol dalam skala produksi minyaknya adalah Royal Dutch dan Shell Transport.
Shell Transport sendiri adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 1897 oleh orang Inggris, Marcus Samuel.
Ia adalah pengusaha perdagangan rempah-rempah yang juga nyambi berjualan kerang.
Itu sebabnya, Marcus Samuel kemudian menamakan perusahaan barunya dengan nama Shell yang secara harfiah artinya kerang.
Untuk menandingi Standard Oil, pada tahun 1902 Shell dan Royal Dutch sepakat membentuk usaha patungan bernama The Shell Transport dan Royal Dutch Petroleum Co. Ltd.
Perusahaan patungan ini sengaja dibentuk guna menangani pengiriman dan pemasaran minyak yang dieksploitasi dari Indonesia ke sejumlah negara.
Dalam perkembangannya, Royal Dutch berkembang pesat jauh lebih baik daripada Shell.
Ketimbang bekerja sama dengan membuat perusahaan patungan, Marcus Samuel pun kemudian mengajak De Gelder untuk menggabungkan masing-masing perusahaan menjadi satu.
Setelah disepakati kedua belah pihak, pada tahun 1907, lahirlah perusahaan baru gabungan dari Shell dan Royal Dutch bernama Royal Dutch/Shell Group of Companies, perusahaan yang kemudian hingga saat ini lebih dikenal dengan nama Shell di berbagai negara.
Tak puas dengan merger, Royal Dutch/Shell Group kemudian mengakuisisi perusahaan minyak lain di Hindia Belanda bernama Dordtsche Petroleum Mij pada tahun 1911.
Baca Juga: Logo Pertamina di SPBU Ada Tiga Warna, Mengandung Makna Berikut Ini