Karena pada dasarnya, sangat jarang pembalap MotoGP yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan menjelang akhir pekan balapan.
Tampaknya dalam dua dekade ini, belum pernah ada kasus juga pembalap MotoGP terlihat mabuk kemudian ikut balapan.
Para pembalap sudah sadar untuk terus menjaga performanya di tiap akhir pekan, salah satunya dengan menghindari makanan tertentu termasuk konsumsi alkohol secara berlebihan.
FIM mengklaim aturan ini untuk 'menjaga kesehatan para pembalap', terutama dengan akhir pekan lebih padat karena sprint race.
Namun anehnya, peraih podium kan juga akan dikasih sampanye beralkohol yang boleh mereka minum di atas podium balapan.
Hal ini yang juga yang semakin menimbulkan banyak pertanyaan buat orang-orang di paddock, karena kebijakannya kontradiktif dengan yang kenyataan ada.
Soal mekanisme kasarnya, prosedur tes ini akan mengambil dari tiga sampel pembalap di tiap akhir pekan.
Bukan pembalap kelas premier saja, tapi juga termasuk pembalap Moto2, Moto3 ataupun MotoE.
Sampel tiga pembalap tersebut bisa diambil secara acak atau terserah kebijakan dari komisioner.
Pembalap dinyatakan melanggar jika kadar alkohol dalam darahnya mencapai 0,10 gram/liter, angka tersebut relatif cukup rendah.
Sanksi berat pun kabarnya sudah disiapkan FIM, termasuk larangan ataupun diskualifikasi dari balapan.
Baca Juga: Ingat Musim Lalu, Ducati Ogah Ulangi Kesalahan di Tes Pramusim MotoGP 2023