Mulyanto melihat Pertamina off side dalam masalah ini. Karena itu Pertamina sebaiknya tidak membahas masalah itu lagi.
"Siapa yang untung bila rencana ini benar-benar dilaksanakan? Yang untung adalah para importir dan mafia migas. Sementara masyarakat akan semakin berat. Sudah jatuh tertimpa tangga pula," ujar Mulyanto.
Secara pribadi, Mulyanto menolak wacana penggantian BBM jenis Pertalite dengan Pertamax Green 92 awal tahun 2024.
Menurutnya rencana itu masih perlu dikaji lebih dalam karena menyangkut aspek teknis, keekonomian dan besaran subsidi untuk produksi serta distribusi.
Lagi pula hingga kini, DPR dan pemerintah, sebagai lembaga pembentuk kebijakan, belum pernah membicarakan rencana tersebut.
Sehingga sangat aneh bila tiba-tiba beredar wacana penggantian BBM murah bagi masyarakat tersebut.
"Setahu saya hingga kini belum ada pembahasan terkait rencana Pemerintah menghapus Pertalite lalu menggantinya dengan Pertamax Green 92 pada tahun 2024, termasuk dalam Raker Komisi VII DPR RI dengan Menteri ESDM yang membahas asumsi makro dan subsidi migas untuk tahun anggaran 2024," ucapnya.
"Dari sisi kebijakan subsidi BBM sendiri, sebagaimana tercermin dalam Asumsi Makro APBN 2024, yang baru saja ditetapkan Komisi VII DPR RI bersama Pemerintah Kamis 31/8/2023 tidak ada pembicaraan terkait penghapusan Pertalite lalu menggantinya dengan Pertamax Green 92 pada tahun 2024," tandasnya.
Baca Juga: Ditanya Anggota DPR Soal Harga Pertalite dan Solar, Menteri ESDM Cuma Bisa Jawab Begini