Dipacu di Mio standar 'ting-ting'
Apalagi, di pasaran beragam knalpot dan kem aftermarket ditawarkan. Biar tak dilema dan galau juga panik, Em-Plus coba bantu jawab. Biar ndak sensi, komparasi mengambil dari satu merek part. Jadi, tak membandingkan antara merek yang satu dan merek lain. Kebutuhannya buat lihat perbandingan antara dua part peningkat akselerasi itu saja kan?
Pakai Kem Kawahara tipe K-1 dan knalpot Kawahara tipe K-2. Keduanya diperuntukkan bagi Yamaha Mio yang masih klep standar dan engine standar hingga bore up 58 mm. Harga kem dijual Rp 350 ribu. Lalu, knalpot berbahan stainless steel ini, dijual Rp 850 ribuan.
Pengetesan memakai Yamaha Mio lansiran 2007. Test dilakukan diatas mesin dyno tipe Dynojet 250 milik BRT. Mio masih aplikasi klep dan piston standar. Bahkan, kondisi skubek 113 cc buatan Yamaha ini belum mengalami servis besar. Yuk, disimak tiap hasil pengetesannya. Manakah yang lebih baik?
Gas!
SEJAK PUTARAN BAWAH
Kini, saluran buang dilepas dan diganti knalpot berbahan stainless steel. Pakai Kawahara tipe K-2, terjadi peningkatan power sekitar 0,29 dk. Tenaga maksimal itu didapat di rpm yang tak jauh beda dari standar. Yaitu, rpm 8.000.
Meski peningkatan hanya 0,29 dk, tapi grafik yang diberikan berbeda dengan kurva knalpot standar. Power sudah cukup tinggi sejak putaran bawah. Misalnya, 4.000 rpm. Selain itu, knalpot standar power atau garfik mulai drop drastis sejak rpm 8.200. Sedang di knalpot racing, tidak. Penurunan power berangsur secara perlahan sehingga terlihat kalau power band menjadi lebih lebar.
Bicara torsi, kenaikan lebih besar ketimbang power. Yaitu, bermain di 5,14 ft-lbs. Jadi, peningkatan sekitar 0,45 ft-lbs. Begitu juga grafik yang dihasilkan. Jauh di atas knalpot standar sejak putaran bawah (5.000 rpm).
Ketika dipasang keduanya, peningkatan power yang terjadi tidaklah siginifikan. Tenaga, hanya beranjak menjadi 6,48 dk saja. Tapi, yang menarik, power sudah didapat jauh lebih awal. Yaitu, sejak 7.200 rpm, power sudah melonjak di angka maksimal. So, 800 rpm lebih awal dong.
Dari pemakaian kedua part racing ini, justru torsi yang meningkat tajam. Yaitu, 0,61 ft-lbs. Torsi tertinggi itu juga didapat sejak putaran bawah. Lalu, bertemu torsi engine standar di rpm 8.000. Tapi, penurunannya tak drop layaknya part standar, lho. Pergerakan penurunannya tetap perlahan. Jika disimpulkan, pemakaian part ini cocok buat harian. Sebab, ada perbaikan di putaran bawah dengan torsi dan power lebih baik dan juga penambahan power band di putaran atas lebih lebar. Akselerasi cepat dan nafas engine lebih panjangggg...
BERMAIN DI PUTARAN ATAS
Peningkatan power itu didapat di rpm lebih awal. Jika power standar baru mencapai tenaga maksimum di 8.000 rpm, maka kem K-1 ini sudah gapai power maksimal sejak 7.800 rpm. Yap, 200 rpm lebih awal.
Power pun, baru turun ketika sentuh rpm 8.200. Tapi, penurunannya tak sedrastis kem standar, lho. Tapi, putaran bawah yang dihasilkan kem, tak sebesar power yang dihasilkan knalpot. Karena baru di rpm 5.600 tenaga kem mulai terlihat berbeda. Di bawah itu, grafik hampir terlihat sama dengan kem standar.
Peningkatan torsi yang terjadi, sentuh angka 0,30 ft-lbs. Jika di kem standar bermain di 4,69 ft-lbs, maka di kem racing 4,99 ft-lbs. So, bisa dikatakan agak berbeda dengan knalpot ya. Kalau knalpot torsi lebih besar dan power sedikit naik, maka di kem justru sebaliknya. Seakan, kem disediakan buat sobat ingin explore putaran atas. (motorplus-online.com)
Editor | : | Billy |
KOMENTAR