“Mungkin awalnya hanya menimbulkan efek suara mendecit atau slip beberapa saat setelah melewati banjir, tapi kalau dibiarkan sisa air yang mengendap bisa bikin komponen CVT rusak,” jelas Nanan Rusmana dari bengkel ARM Service And Parts.
Ia mengimbau, sehabis menerjang banjir baiknya melakukan servis ringan atau sekadar bersihkan komponen yang ada di dalam cover CVT seperti belt CVT, rumah roller dan pulley. Hal itu penting untuk mencegah resiko belt getas atau CVT kotor dan berkarat.
Selain itu bagian-bagian yang saling bergesekan sebaiknya grease alias gemuk diganti. Grease yang digunakan juga khusus untuk CVT. Biasanya dijual dengan harga Rp 8 ribu sepasang, untuk primer dan sekunder.
Sebenarnya bukan peranti CVT saja yang dicemaskan saat menerjang banjir. Karburator dan lubang knalpot juga rawan. Ketika CVT kemasukan air, motor masih bisa jalan pelan walau slip. Tapi kalau karburator atau knalpot, efeknya motor bisa langsung mati di tempat.
Pasalnya kedua peranti tersebut mengarah langsung ke ruang bakar. Air yang masuk ke ruang bakar tidak bisa terkompresi seperti bahan bakar. Air yang tidak bisa terkompresi akan tetap keras seperti besi ketika ditekan. Makanya disebut water hammer karena efeknya seperti besi ketemu besi. (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR