Teknologi paling diunggulkan dari NM4 tentu saja sistem DCT 6 speed. Transmisi dengan 2 kopling, yang tiap kopling mengatur gigi ganjil dan genap. Untuk mengaktifkan kopling, pembebasan menggunakan tekanan oli yang didorong dari pompa khusus, sementara olinya jadi satu dengan oli mesin seperti motor umumnya. Semua kinerja diatur oleh PCM.
Menurut Edhi, cara kerja sederhananya ketika mesin hidup kopling ganjil sudah siap, dan ketika masuk gigi 1 maka kopling satunya sudah menyiapkan untuk gigi 2. Makanya perpindahan bisa begitu cepat dan tak ada jeda, begitu seterusnya. “Sedang pemindahan gigi jika aslinya pakai tuas diinjak kaki, maka di DCT digantikan dinamo yang direduksi putarannya,” terangnya. Tak heran suara “ceklak” perpindahan gigi tetap masih terdengar.
Menurut Sarwono Edhi, Technical Training Development PT Astra Honda Motor, konsumen kelas ini lebih suka karakter mesin V-Twin. Karena mesin NM4 2 silinder segaris, Honda mengakalinya dengan menggunakan kruk as 270°, sehingga waktu pembakaran saling susul seperti karakter V-Twin. “Ditambah pula dengan profil kem berbeda, silinder kiri punya overlap lebih tinggi,” lanjut pria yang berkantor di Astra Honda Training Center, Sunter, Jakut ini.
Karena kruk as model 270°, maka dibutuhkan 2 buah balancer sekaligus untuk meredam getaran, ditempatkan di depan dan belakang. Tiap balancer ini punya 2 bandul yang posisinya saling berlawanan.
Mesin NM4 didesain agar efisien dan bertenaga dari putaran bawah, jalan yang diterapkan meniru ilmu pembakaran dari mesin mobil dan menerapkan stroke panjang (bore x stroke 77 x 80 mm). Tak heran jika putaran mesin sekitar 6.500 rpm sudah redline. Juga menggunakan berbagai teknologi gesekan rendah, seperti lapisan molibdenum di piston, roller rocker arm, pompa air menyatu kem dan pompa oli yang satu poros dengan balancer.
Connecting rod atau setang piston NM4 unik, karena tak dilengkapi dowel pin yang dipakai agar kedua bagian terpasang pas. Nah agar tetap presisi, dalam pembuatan dibentuk dengan pemisahan paksa, sehingga di permukaannya terbentuk sisa pemisahan yang tak akan sama, sehingga tak akan bisa tertukar dan presisi. “Positifnya bobot jadi lebih ringan karena lebih ringkas,” terang Edhi. (otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR