Sesuai namanya, piston jenis ini ditempa seperti membuat keris. Alumunium alloy dipanaskan lalu dipukul dengan tekanan 600 ton hingga berubah bentuk jadi piston
Jakarta - Forged piston dan DiASil cylinder jadi salah satu teknologi andalan motor Yamaha yang sudah tak asing lagi di telinga. Khusus untuk forged piston, diklaim lebih kuat sehingga PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) berani memberikan garansi hingga 5 tahun.
“Forged piston sudah dipakai sejak 1997 di Yamaha YZF-R1. Di Indonesia sejak 2005 dan Jupiter MX yang paling pertama pakai,” buka M Abidin, GM Service & Motor Sport PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). Menariknya, belakang makin banyak produk aftermarket forged piston yang beredar, kebanyakan digunakan untuk balap.
Lalu apa bedanya dengan casting piston yang lebih banyak digunakan pada mesin motor, lalu apa juga keunggulan dan kekurangannya? Yuk kita kupas tuntas!.
Meracik forged piston jelas beda. “Sesuai namanya, piston jenis ini ditempa seperti keris yang dipanaskan lalu dipukul hingga berubah bentuk seperti yang diinginkan,” papar M Abidin. Hasilnya, struktur logam yang tercipta lebih padat dan kuat.
Alumunium alloy seperti tabung ini dipotong sesuai ukuran piston
Setelah ditempa dengan beban ratusan ton jadi piston mentah
Proses machining dengan mesin bubut CNC untuk finishing
Forged piston (atas) memiliki struktur material yang lebih padat
“Proses memasukan ke dalam cetakan mengandalkan gravitasi, tapi juga dibantu dengan tekanan agar makin padat,” beber Junus. Setelah tercetak dan dingin, bentuk mentah piston casting harus dirapikan kembali lewat proses machining dengan mesin bubut CNC.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari forged piston tentu saja ada kekuatannya. “Kita bisa mendapatkan celah piston yang sesuai dan konsisten. Selain itu cocok untuk kompresi tinggi dan memiliki koefisiensi gesek yang lebih baik,” jelas M Abidin. Dipakai balap pun, tentunya lebih kuat. “Performanya signifikan pada motor balap yang selalu berputar di rpm tinggi. Kalau motor harian yang rata-rata di bawah 5.000 rpm, rasanya tak jauh berbeda,” papar Junus.
Karena strukturnya padat, desain piston bisa dibuat jadi lebih tipis sehingga ringan yang pada akhirnya berpengaruh pada performa mesin. “Meski begitu, bukan berarti semua forged piston selalu lebih ringan. Tergantung kebutuhan, piston casting juga bisa dibuat lebih ringan,” sambungnya.
Lalu apa kekurangannya? Tentunya harganya cukup mahal. “Forged piston paling murah Rp 600 ribuan. Sedang yang casting piston kurang dari Rp 200 ribuan,” beber Jessy Lingga Siswanto alias Coq, pemilik Kawahara Racing. Kalau setingan sudah ketemu bisa jadi lebih hemat karena jarang ganti, tapi kalau mesin masih riset jadi mahal,” ungkapnya. • (otomotifnet.com)
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR