Jakarta - Ketersediaan baterai lithium bagi sebuah kendaraan bertenaga listrik ibarat bensi di motor bakar. "Untuk baterainya harus lulus pengujian dari pihak Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional). Mulai dari tes pengecasan, besaran daya hingga ketahanan," urai Dr.Ir. Bambang Prihandoko, M.T, peneliti LIPI yang ditunjuk sebagai Ketua Grup Riset Baterai Lithium.
Tahun 2012 telah dibentuk konsorsium nasional riset baterai lithium. Terlibat didalamnya adalah para akademisi, peneliti serta pihak swasta dan industri. Konsorsium ini tahun lalu meresmikan pilot plant pabrik baterai lithium berskala laboratorium di Puspiptek, Serpong, Tangsel.
Nah, tantangan selanjutnya adalah investor untuk kendaraan listrik itu sendiri. "Karena skalanya sebatas laboratorium. Pihak Menristek, LIPI, Batan atau BPPT tidak diperkenankan menjual hasil produksinya. Sehingga kami harus menarik investor yang mau memproduksi mobil listrik dengan teknologi kami. Beberapa pihak swasta sedang mempelajari, kita mau perusahaan dalam negeri, agar teknologi ini bisa dikuasai oleh putra-putri Indonesia," pungkasnya.
Dr.Ir. Bambang Prihandoko, M.T, peneliti LIPI yang ditunjuk sebagai Ketua Grup Riset Baterai Lithium
Riset baterai difokuskan pada pencapaian baterai yang ringan dan kecil dimensinya, namun bertenaga besar. Setiap tahunnya ditargetkan terdapat peningkatan kapasitas daya baterai (lihat infografis roadmap baterai). (otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR