Jakarta - Bagi pemain di industri motor memasuki kuartal pertama 2015 sudah dihadapkan pada penjualan tahun sebelumnya yang tidak memuaskan. Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) merilis penjualan motor anggotanya di sepanjang 2014 naik tipis hanya 1,77% ke 7.908.941 unit.
Margono Tanuwijaya, Marketing Director PT Astra Honda Motor (AHM) menyebutkan sejumlah hal yang membuat pasar tertahan. Pemilu sebanyak dua kali di tahun lalu, terjadinya bencana di sejumlah daerah, hingga penurunan harga komoditas menjadi faktor penyebab demand tertahan.
“Event Pemilu yang biasanya menaikkan demand 10-15 persen karena ada sektor-sektor tertentu yang berkaitan dengan kegiatan itu, tahun lalu paling cuma 5 persen,” kata Margono menjelaskan.
Selain itu, menurut Sutarya, Marketing Director PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), faktor kenaikan BI Rate dan turunnya nilai tukar Rupiah serta polemik harga BBM bersubsidi ikut juga membuat konsumen dalam posisi ragu.
"(Faktor kurs) Rupiah sangat berpengaruh karena masih banyak material dasar yang diimpor dan dibeli dengan US Dollar," tambah Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersil AISI.
Selain itu, cost produksi dari sisi tenaga kerja juga semakin dicermati. "Setiap tahun pasti naik karena ada penyesuaian biaya man power baik di produksi maupun pemasaran," ungkap Michael Chandra Tanadhi, Deputy Head Sales Promotion Department, PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI).
Pihak AHM, menurut Margono, tahun lalu sudah melakukan penyesuaian harga. “Tetapi kalau Dolar naik terus kami pasti akan adjust harga (lagi), kalau sudah di atas Rp 12.500 (per 1 Dolar AS),” ungkapnya.
Kondisi makro yang menjepit para pemain motor yang berasal dari dilepasnya subsidi atas BBM sehingga harga akan berkaitan dengan pergerakan harga minyak dunia juga diseriusi oleh mereka.
“Belum bisa komentar akan seperti apa karena memang belum tergambar efek jangka panjangnya," ungkap Deputy Managing Director 2W PT Suzuki Indomobil Sales, Endro Nugroho. (otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR