Jakarta - Pertama muncul pada 2005, motor bebek yang menjadi kasta tertinggi dari Yamaha Jupiter Series ini banyak memukau pecinta roda dua. Salah satu hal yang masih melekat dalam ingatan yaitu iklan-iklan menarik yang dibintangi oleh Komeng, mulai dari jembatan runtuh, menara air rubuh dan pakaian sobek-sobek akibat dari kecepatannya.
Spidometer simpel dan mudah dipantau
Memasuki 2010, Jupiter MX mendapat sentuhan major change oleh Yamaha. Desain bodinya berubah total menjadi lebih agresif dan aerodinamis, begitu pun ubahan pada sektor mesin menjadi 5-speed pada versi manual clutch. Untuk Jupiter MX versi automatic clutch seperti yang akan kita bahas berikut ini, mesinnya masih sama seperti pendahulunya, hanya ada sedikit revisi pada bagian karburator.
Sudah pakai key shutter agar lebih aman dari curanmor
Jika kampas kopling sudah mulai tipis dipastikan tenaga motor akan drop dan konsumsi BBM lebih boros karena kopling slip. Sedangkan jika membran vakum karburator bermasalah terlihat dari langsam yang tidak stabil.
Volume bagasi di bawah jok kecil
Desain bodi agresif dan serba meruncing. Rem belakang masih mengaplikasi sistem teromol
KELEBIHAN :
1. Mesin terkenal kencang
2. Sudah pakai pendingin radiator
3. Desain bodi menarik
Kekurangan :
1. Agak boros BBM
2. Belum mengusung sistem injeksi
3. Bagasi di abwah jok kecil
Pastikan kondisi radiator masih bagus
Perhatikan gir setnya, sudah minta jajan atau belum
Menakar Biaya Servis
Jika melakukan servis di bengkel resmi Yamaha, dianjurkan servis setiap 3.000 km. Buat servis berkala biaya yang dibutuhkan Rp 37,5 ribu dan jika membutuhkan overhaul mesin biayanya sekitar Rp 250 ribu. Untuk penggantian kampas kopling biaya yang dikenakan cukup Rp 35 ribu saja.
Motor ini sudah mengusung sistem pendinginan cair alias radiator, ada baiknya kuras air radiator agar pendinginan tetap maksimal. Biaya yang dibutuhkan hanya Rp 25 ribu. Selebihnya kembali pada kondisi motor ada di sektor mana yang mulai minta jajan dan harus diperbaiki. (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR