Komponen fast moving yang biasa dioplos
Seperti ketika membeli motor bekas atau motkas. Sangat mungkin motor yang kelihatan cilong di dalamnya sangat keropos. Maksudnya, onderdil dalamnya sudah tidak prima. “Padahal secara tahun itu motor baru setahun pemakaian. Kecil kemungkinan komponennya diganti,” jelas Azhar seorang pedagang motkas di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Untuk itu, teliti harus menjadi yang utama. Syahrul, seorang pedagang motkas dari Jaya Makmur Motor mengatakan ada saja pedagang yang bermain dengan kualitas barang. “Tentu ingin mendapatkan keuntungan gede,” kata pedagang mangkal di Jl. Raya Joglo, Jakarta Barat.
Padahal, kalau dipikir-pikir, perilaku itu tidak menguntungkan sama sekali. “Komplain orang serta nama baik bengkel dan showroom pasti cacat. Ke depannya nggak bakal ada konsumen yang bakal mau beli lagi di situ,” ulasnya.
Hal yang paling sering dilakukan yakni dengan mengoplos barang asli bawaan pabrik dengan yang orisinal juga. “Tapi pemakaiannya sudah 3-4 tahun. Tinggal rusaknya aja,” yakin Syahrul.
Barang orisinal ini biasanya ditukar motor yang merupakan tarikan leasing. Jadi sebelum dibeli oleh pedagang bajongan, pihak oknum bisa dari leasing atau pedagang itu sendiri yang menukarnya dengan komponen busuk. “Biasanya kalau skubek itu belt atau CVT-nya. Untuk bagian luar, ban yang biasanya diganti,” ungkap Syahrul lagi.
Syahrul mengakui sebagian besar dari motor bekas yang dijualnya dibeli melalui proses tarikan leasing. “tarikan leasing itu ada tingkatannya. A, B, C, D. Yang A itu paling bagus. Semuanya orisinal dan kondisi onderdilnya masih baik. Paling hanya lecet sedikit. Sedangkan yang paling jelek grade D, di mana motor berupa gelondongan mesin dan sudah terlepas dari rangka,” bilangnya.
Konsekuensi dari pembelian dengan sistem grade atau tingkatan itu, makin tinggi grade-nya makin mahal harga jualnya. “Makanya, motor yang kita jual harganya masih sangat tinggi. Lagi pula kami juga berani memberikan garansi mesin beberapa bulan,” tegas Syahrul.
Anjar seorang pedagang motkas yang mangkal di Jl. Saaba, Jakarta Barat pun memaparkan yang nakal dalam kasus oplosan motkas ini bukan saja pedagang. Tapi konsumen rupanya juga punya andil. Ia mengaku pernah ditawari untuk mengoplos kopling, piston dan belt CVT motor yang akan ditarik pihak leasing. “Saya ditawari. Kalau mau, ganti saja motkas yang akan saya jual dengan komponen motornya yang akan ditarik,” bilang Anjar.
Anjar menambahkan, biasanya pihak penarik atau debt collector tidak akan ngeh sampai ke detil barang yang dioplos. “Paling dia cuma lihat fisiknya saja. Kalau ada ya sudah ditarik. Padahal dalemannya sudah amburadul diganti oleh si pemilik yang nakal itu,” kata Anjar.
Makanya, sebelum membeli Anjar kasih sedikit jurus ampuh kepada konsumen. “Paling pertama perhatikan fisik motor. Tapi ini bukan jaminan juga. Lihat kondisi komponen seperti ban. Apakah sudah diganti atau belum. Lihat juga kembangannya,” pesan Anjar.
Untuk mengetahui ban itu sudah diganti atau belum sebenarnya bisa dilakukan dengan melihat tahun pembuatan ban. MOTOR Plus pernah memberikan tips mengetahuinya, yakni dengan ada 4 angka di sisi ban. Misalnya 0709 dua angka di depan untuk minggu dan dua angka di belakang tahun.
Jadi artinya itu minggu ke-7 (Februari) tahun 2009. Nah, kalau motor yang hendak dibeli brother diproduksi pada 2010 bisa dipastikan motor itu sudah telah dioplos bannya. “Kalau yang kelihatan saja sudah dioplos apalagi yang tidak kelihatan,” tegas Syahrul lagi.
Selebihnya bisa dilakukan dengan melakukan tes jalan. Bawa motor ke daerah yang jalannya tidak mulus. Bisa polisi tidur atau jalan bergelombang. “Kalau ada suara atau bunyi yang aneh dan setang rasanya ada yang tidak beres, ya memang sebaiknya juga jangan dibeli. Walaupun harga yang ditawarkan cukup menggiurkan. Minta selalu jaminan mesin selama paling tidak 3 bulan. Kalau pedagang yang benar biasanya akan berani kasih jaminan seperti itu,” yakin Azhar. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR