“Zaman segitu motornya masih build up dan setelah jadi sub dealer dari PT Internasional Motor di Jatim, baru pada 1983 dapat penunjukan langsung dari pabrikan Honda untuk jadi main dealer wilayah Kalsel dan Kalteng,” jelas Utomo Wijaya yang saat ini sudah berusia 70 tahun.
Bisnis yang berkembang dari roda 2, mobil dan perhotelan, ternyata membuat Utomo Wijaya juga menyukai tontonan balap MotoGP. Era Valentino Rossi saat masih membela Honda, beliau menyukai sepak terjang pembalap asal Italia tersebut.
“Sekarang pastinya menjagokan Marc Marquez, tapi bukan berarti era Rossi sudah habis. Contohnya saat balapan seri sebelumnya, dimana Rossi masih bisa naik podium,” ungkapnya.
Pengalaman yang kurang mengenakkan terjadi saat Utomo Wijaya berserta rombongan, nonton MotoGP di Sirkuit Sepang, Malaysia. Rombongan hanya bisa menikmati deru mesin motor prototype yang dikedarai pembalap MotoGP, selama 1 lap saja. “Lap berikutnya insiden tabrakan yang menewaskan Marco Simoncelli. Selesai sudah balapannya,” kenang kakek yang sudah dikaruniai 15 cucu dari 6 orang anaknya.
Kesukaannya terhadap MotoGP, ternyata enggak membuat beliau ingin ketemu langsung Marc Marquez yang Oktober mendatang rencananya akan datang ke Indonesia. Menurutnya biar yang muda-muda saja ketemu si baby aliens. (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR