“Namanya anak-anak, mengatur diri sendiri saja masih belum bisa. Makanya kesadaran safety pribadi enggak ada. Apalagi safety terhadap orang lain di jalan,” terang Tika Bisono, penyanyi yang juga psikolog ini.
Efeknya bisa dilihat saat berkendara di jalan raya. Buat yang naik motor biasanya tidak menggunakan helm, berboncengan lebih dari dua orang, yang naik mobil melanggar rambu, ugal-ugalan dan lain sebagainya. “Yang penting senang, tanpa memikirkan risiko dan keselamatan orang lain,” tambah jebolan Universitas Indonesia ini.
Sebenarnya bukan hanya mental anak-anak saja yang belum siap dalam berkendara . Orang dewasa pun banyak yang melakukan hal serupa. Enggak heran anak-anaknya juga meniru hal yang sama. “Bangsa ini untuk di jalan raya mentalnya masih ‘ndeso’ atau terbelakang. Belum level internasional,” ungkap wanita kelahiran 1 Oktober 1960 ini.
Makanya butuh pengawasan yang terus menerus agar semua orang taat aturan. Tidak hanya unsur kepolisian, tetapi juga semua elemen yang berhubungan. Seperti Dishub, DLLAJR, Pemerintah dan lainnya. “Terutama orang tua di rumah yang berhubungan langsung dengan anak, “ lanjut Tika.
Selain itu butuh sosialisasi tentang safety riding dan driving secara terus menerus. Tidak hanya di media tetapi juga aktifitas yang berhubungan langsung dengan masyarakat. “Jadi orang akan tahu dan sadar pentingnya berkendara aman di jalan.”
Oleh karena itu OTOMOTIF mengajak semua orang untuk melakukan kampanye safety riding dan driving dengan tema “Kalau Sayang, Ya Dilarang!”. Yaitu larangan berkendara di bawah usia 16 tahun. Baik itu motor maupun mobil.
Buat teman-teman yang memiliki foto menarik yang berhubungan dengan tema di atas, silahkan mengirimkannya ke redaksi. Dilengkapi dengan keterangan lokasi dan waktu. Bisa melalui email otomotif@gramedia-majalah.com atau iraikkonen@yahoo.co.id.
Beberapa yang terbaik akan diterbitkan di tabloid OTOMOTIF. Pengirimnya pun akan mendapat kenang-kenangan dari OTOMOTIF. Ditunggu kirimannya.... (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR