Sejumlah alasan seperti mengendarai hanya untuk jarak dekat, tidak ada polisi yang berpatroli, lebih cepat ke tujuan, atau hanya alasan kebanggan karena anak lain juga mengendarai motor, menjadi pembenaran bagi anak untuk mengendarai motor. Padahal selain melanggar aturan, sepeda motor juga tidak dirancang untuk fisik anak.
Lalu, benarkah perilaku itu menjadi kesalahan mutlak sang anak? “Sejatinya, ini adalah kesalahan orang tua yang membiarkan anaknya mengendarai motor. Perilaku itu akan menumbuhkan mentalitas melanggar aturan pada anak, jangka panjangnya perilaku melanggar aturan itu dapat terbawa hingga si anak dewasa kelak,” kata Maulana Syuhada, salah satu penggagas kampanye Cegah Anak Mengendarai Motor (CAMOT).
Karena itu, melalui kampanye CAMOT yang dilakukan di media sosial seperti Facebook, pemukiman penduduk, sekolah, dan tempat ibadah, Maulana bersama rekan-rekannya berharap para orang tua dapat menyadari bahwa perbuatan anaknya adalah melanggar hukum, dan berbahaya tidak hanya bagi diri sang anak, tapi juga pengguna jalan lainnya.
“Melalui kampanye ini, kami berharap para orangtua dapat mengedukasi anaknya untuk tidak mengendarai sepeda motor. Karena bagaimanapun penegakan hukum bukan tanggung jawab aparat semata, tapi kita semua. Yang lebih besar, adalah menjaga keselamatan anak itu sendiri,” tutup Maulana. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR