“Pertama saya buat sedan dulu (Etios. red.). Setelahnya baru hatchback (Etios Liva),” kata Noritake-San. Alasannya simpel banget, pada banyak kasus kalau buat hatchback dulu kemudian versi sedan, “It’looks ugly,” katanya sambil tertawa. Ooh gitu...!
Tuh lihat, lacinya gede banget. Dua botol air minum bisa dibawa.
Kabinnya lega, depan maupun belakang! Parameter sederhananya, masih tersedia ruang kepala dan kaki untuk bergerak. Posisi pedal-pedal pun tidak terlalu berdekatan. Paling tidak, pengguna sepatu nomor 41 tidak kerepotan menginjaknya.
Oh ya, tinggi rata-rata orang India 1,645 meter (pria) dan 1,520 meter (wanita). Sementara di Indonesia 1,580 meter (pria) dan 1,470 meter (wanita).
Etios Sedan dibekali mesin tipe 2NR-FE, empat silinder DOHC 16V, 1.496 cc
Nah, tentu berbeda dengan versi hatchback-nya, Etios Liva. Kapasitas bagasi kurang dari separuh tipe Sedan (251 liter). Tapi tempat penyimpanan yang lain, bentuk dan jumlahnya sama. Termasuk dashboard dengan panel instrumen model center fascia (ada di tengah). Kalau pernik-pernik aksesori interior sih tergantung tipe (J, G, V dan VX).
Etios Liva, mesin 3NR-FE, 4 silinder DOHC 16V, 1.197 cc. Di India bisa 18,31 km/liter.
Inilah dua penyebab mengapa kapasitas bagasi Sedan lebih besar. Sekaligus menjadi pengunci jawaban di sektor harmonisasi desain karena kelihatan lebih proporsional. Lalu, kapan agenda berlabuh di Indonesia? Menurut Widyawati Soedigdo, GM Marketing and Product Planning PT Toyota Astra Motor, Etios bisa dinikmati konsumen Indonesia awal tahun depan. Waah, masih lama yaa! (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | Billy |
KOMENTAR