Otomotifnet.com - Setelah sekian lama menunggu kedatangan Honda Brio, tiba-tiba berkesempatan ketemu lagi dengan hatchback imut berlogo ‘H’ ini.
Pada acara media test drive di sirkuit Twin Ring Motegi, Tochigi Jepang, tepat dua hari menjelang Tokyo Motor Show 2011.
Dari berbagai mobil yang ditawarkan, mulai dari Kei Car (mobil kecil), plug-in hybrid sampai electric vehicle, Brio menjadi yang paling menarik karena bakal masuk pasar lokal.
CVT
Kali ini, Brio tersedia dengan transmisi otomatis. Feeling berkendara pun relatif berbeda dengan Brio manual yang sempat dijajal setelah Indonesia International Motor Show lalu.
Secara keseluruhan, paket bodi dan interior sih mirip. Paling terasa bedanya saat melihat tongkat persneling dengan hanya dua pedal yang tersedia.
Sekilas melihat tuas, jajaran hurufnya mengingatkan pada Honda Jazz. Ah, rupanya Brio juga menggunakan transmisi CVT seperti generasi pertama Honda Jazz GD.
Respon mesin cukup mantap. Dapur pacu empat silinder 1.200 cc lebih halus. Tidak seperti salah satu kompetitor dekatnya yang pakai sumber tenaga 3 silinder.
Meski belum bisa bicara banyak urusan tenaga karena lintasan di luar sirkuit kurang memadai buat merasakan tarikannya. Toh, menaklukkan tanjakan cukup mudah buat Brio.
Perpindahan tenaga pun halus, ciri khas CVT yang tiada entakan saat perpindahan rasio gigi.
Kabin terasa cukup lega buat tubuh yang cukup jangkung dengan postur 185 cm. Duduk di bangku belakang pun tidak sempit.
Sayangnya, jok tidak sefleksibel Jazz. Karena menyambung dari kiri ke kanan. Pun tidak rata lantai ketika direbahkan.
Konfigurasi kursi ini rupanya berkaitan dengan desain Brio. Karena kursi belakang dibuat mepet ujung buritan. Hal ini diutarakan Akihiko Ohashi, Brio design project leader, exterior designer saat ditemui di Honda Automobile R&D Center Wako di Saitama, Jepang.
“Brio dirancang sesuai prinsip Honda, man maximum machine minimum. Sehingga posisi kursi ditarik sampai belakang dan pintu bagasi dibuat rata untuk menciptakan ruang lega,” ujar Akihiko-san.
Termasuk pintu bagasi full kaca memaksimalkan pandangan ke belakang. “Tentunya bagian bodi sudah diperkuat,” sambungnya. Sayang, masih belum ada wiper belakang dan defogger. Padahal cukup penting mencegah embun dan kotoran di kaca belakang.
Editor | : | Billy |
KOMENTAR