Walaupun wanita mutlak diistimewakan dalam menggunakan fasilitas umum, namun di jalan raya tak mengenal arti kata privilege. Tak terkecuali bagi pengemudi wanita.
Jakarta - Men are from Mars, Women are from Venus. Dari adagium tersebut merupakan sindirian yang mengistilahkan perbedaan karakter serta perilaku mengemudi antara pria dengan wanita. Tak sedikit ditemui, pengemudi wanita memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk berkendara dengan ceroboh. Hal ini terkait pada aspek psikologis yang mempengaruhi cara berkendara kaum wanita.
Seat belt bukan semata dipakai ketika ada Polisi, namun sudah kewajiban sebagai unsur mutlak keselamatan
Tak perlu mencari pembenaran, berbagai contoh perilaku berkendara yang salah kerap dilakukan oleh pengendara wanita. Hal yang paling sering ditemui adalah mengemudikan mobil secara multitasking. Yakni sambil bersolek, texting, dan lain sebagainya. Padahal di jalan raya tak mengenal arti kata privilege. Tak terkecuali bagi pengemudi wanita.
Sebelum berkendara, pastikan seluruh fungsi. Termasuk seting kaca spion
Perlu ditegaskan bahwa mengemudi merupakan pekerjaan full time, sehingga tak mentoleransi adanya kegiatan lain saat mengemudi. “Mengemudi bukanlah sesuatu yang mudah, buktinya angka kecelakaan masih sangat tinggi. Mengemudi adalah pekerjaan yang membutuhkan skill dan attitude,” papar Jusri Pulubuhu, pendiri sekaligus instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting.
Jangan lakukan ini di jalan raya. Mengemudi dengan multitasking sangat berbahaya. Mengemudi merupakan full time job
Selain aspek psikologis, kondisi lainnya juga menjadi pertimbangan. Kapabilitas wanita dalam mengemudi sebetulnya sama saja dengan kaum lelaki. Hanya saja kaum wanita lebih banyak menggunakan feeling. “Ada empat masalah yang kerap ditemui oleh pengemudi wanita baik di mobil maupun motor.
Dilarang menggunakan high heels ketika mengemudi
Pertama adalah laju kendaraan yang terlalu lambat, tidak sebanding dengan kecepatan rata-rata” imbuhnya. Selanjutnya adalah perpindahan lajur yang tanpa perhitungan, sehingga terkesan nyelonong. “Ini sangat berbahaya, berbelok tanpa menggunakan lampu sein dan tidak melihat kondisi sekeliling.
Ketika berbelok pun lajunya lambat, terkesan ragu-ragu sehingga membingungkan pengendara lain,” sambungnya. Terakhir adalah kecenderungan melakukan misconduct atau mengabaikan ketentuan-ketentuan yang semestinya dilakukan sebelum mengemudi.
“Mengemudikan kendaraan membutuhkan pengetahuan terkait kendaraan dan keterampilan mengoperasikannya. Sebelum mengemudi periksa kelayakkan kendaraan, mulai dari seting kaca spion, tekanan ban dan lain sebagainya,” beber pria yang masih rajin membesut Harley-Davidson itu.
Pakaian yang paling identik bagi wanita yaitu rok. Sebetulnya jika nyaman pemakaian rok ketika mengemudi tidaklah masalah. Hanya saja, pemakaian rok membuat bagian paha terlihat, dan rentan terjadinya pelecehan seksual serta tindak kriminal.
“Hal ini kerap terjadi, ketika di lampu merah. Terutama pada mobil-mobil jenis sedan dengan clearance rendah, perhatian pengendara lain akan menjurus pada seputar paha,” Marcell Kurniawan, Training Director Real Driving Center (RDC).
Agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, maka gunakan kain untuk menutupi bagian yang terekspos. Kemudian penggunaan sepatu high heels yang jelas dilarang. “Sepatu bertumit tinggi alias high heels itu tidak safety jika dipakai untuk mengemudi.
Bagian tumit tidak menapak sehingga mengurangi kepekaan terhadap akses kepada pedal gas, rem ataupun kopling,” ungkapnya lagi. Be careful Ladies!• (otomotifnet.com)
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR