Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Kondisi Komponen Aftermarket Pasca BBM Naik

Dimas Pradopo - Senin, 15 Desember 2014 | 17:03 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

Jakarta - Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, membuat berbagai kebutuhan rumah tangga hingga ongkos transportasi turut terkerek naik. Nah bagaimana dengan harga spare part, apakah sudah ikut mengalami kenaikan harga?

Berdasarkan survey, ternyata ada yang sudah naik, namun lebih banyak masih mempertahankan harga lama. “Dari supplier sampai sekarang belum ada kenaikan, mungkin awal tahun depan,” terang Iwan, dari toko Perdana Jaya Motor di sentra onderdil BSD.

“Belum ada perubahan harga, kenaikan biasanya bulan Maret,” imbuh E. Mochammad Holil, bos bengkel Wani Matic.
Apa saja yang bertahan dan komponen apa yang sudah mengalami kenaikan? Yuk kupas termasuk dengan beragam merek yang tersedia. 

Lengkap dibahas dari spare part mesin, transmisi, kaki-kaki sampai rem.Sehingga kalau mobil kesayangan sudah saatnya “jajan”, ada gambaran pengeluaran yang harus disiapkan. • (otomotifnet.com)

Transmisi 
No caption
No credit
No caption

Untuk transmisi manual, yang sering diganti adalah kampas karena aus dimakan usia atau salah pemakaian. Untuk komponen ini banyak pilihan yang tersedia. “Yang banyak dipakai ada merek Paraut dan Exedy, lainnya Valeo,” terang Iwan.

Untuk harga belum mengalami kenaikan, selisih dengan yang orisinal pun lumayan banyak. “Contoh untuk Nissan B13 orinya sekitar Rp 3,4 juta, sedang Paraut Rp 1,4 juta dan Exedy Rp 1,25 juta,” lanjut Iwan. Untuk daya tahan menurutnya tergantung pemakaian. Kalau pakainya halus dan jarang gantung kopling, maka enggak jauh beda dengan orisinalnya. “Paling cepat bikin habis kopling ya kalau kaki ditaruh di atas kopling terus, sehingga secara tak sengaja kopling menggantung,” imbuhnya. 

Sementara itu untuk transmisi matik, yang sering diganti adalah paking set berikut o-ring dan kopling. “Untuk matik selisih cukup jauh, contoh paking set punya Toyota Kijang orinya sekitar Rp 2,45 juta, kalau aftermarket Rp 1,5 juta saja. Kalau yang mahal seperti VW Caravelle ori sampai Rp 18 juta, yang aftermarket sudah lengkap cukup Rp 10 juta,” terang Holil.

Untuk pilihan merek, di pasaran cukup banyak. “Contoh ada Alto, Transtar, Transpeed, Transtech dan AFC,” imbuh mekanik yang bengkelnya bermarkas di Ciledug, Tangerang ini. Untuk ketahanan menurutnya tergantung dari penggunaan oli, “Kalau pakai yang bagus dan sesuai, maka sama awetnya,” imbuhnya. Tampilan secara fisik untuk o-ring dan paking bisa dibilang tak ada beda, pembedanya jelas dari kemasan saja karena ada label brand.

“Bisa sama karena kualitas bisa dibilang setara, apalagi seperti Transtar merupakan supplier komponen OEM beberapa pembuat transmisi,” terang mekanik yang sedang hobi main speed off-road ini.

Selain paking set, kampas kopling dan steel disc, dalam transmisi matik yang wajib diperhatikan adalah filter oli. Menurut Holil wajib diganti tiap 40.000 km untuk menjamin sirkulasi oli selalu bersih. “Kalau filter lebih baik pakai orisinal, lebih terjamin penyaringannya,” tutupnya. 

Kaki-kaki
No caption
No credit
No caption

Kenaikan harga komponen kaki-kaki seperti tie rod, long tie rod, dan ball joint berkisar 10% untuk komponen orisinal. "Yang KW seperti 555 untuk mobil seperti Toyota Avanza dan Kijang Innova belum ada kenaikan," ujar Awid dari Alpha Jaya, toko onderdil khusus Toyota di sentra onderdil Bintaro Trade Center.

Untuk harga, misalnya tierod orisinal Avanza dibanderol Rp 560 ribu/set, sedangkan yang KW 555 dijual Rp 260 ribu/set. Sedangkan long tie rod orisinal Avanza dijual Rp 1,26 juta sedangkan yang KW 555 Rp 250 ribu. Jauh ya perbedaannya!

Soal ketahanan, "Untuk KW 555 yang masih buatan Jepang ketahanannya cukup lama, 1/2 dari yang orisinal, jadi misalnya yang ori 4 tahun, maka yang KW 555 Jepang bisa 2,5 tahunan," jelas Wiwie dari Sumber Raya Motor di sentra onderdil Duta Mas Fatmawati.

Secara bentuk fisik hampir tidak ada perbedaan, yang paling terlihat perbedaannya adalah warnanya yang KW 555 lebih gelap dibanding versi orisinal. Selain itu dari sisi beratnya, terasa yang orisinal sedikit lebih ringan dibandingkan varsian KW 555. Oh iya, untuk tie rod yang KW 555 dijual lengkap dengan baut dan pinnya.

Sedangkan untuk sokbreker bawaan mobil. "Avanza pakai Kayaba, harganya Rp 1,4 juta sepasang depan, kalau Kayaba non original sekitar Rp 1 jutaan," bilang Awi.

Namun bagaimana pun juga kualitas orisinal memang tetap lebih baik. "Namanya juga orisinal, pasti lebih baik, tapi terkadang perbedaan harga jadi penyebab banyak yang memilih KW," tukas Awi lagi. 

Rem
No caption
No credit
No caption

Sektor pengereman menjadi salah satu sektor yang cukup ramai diseriusi oleh produsen-produsen aftermarket. Paling mudah ditemui adalah kampas rem. Mayoritas penjual suku cadang menjual versi orisinil dan aftermarket. Kualitas beragam dari yang lebih rendah dari OEM (Original Equipment Manufacturer), hingga yang lebih tinggi mudah didapat.

Harganya bervariasi, start dari Rp 200 ribuan hingga Rp 500 ribuan. Ambil contoh kampas rem depan milik Toyota Avanza atau Daihatsu Xenia, merek TRW dihargai Rp 220 ribu. "Banyak juga peminat kampas rem merek TRW. Lumayan laku di toko saya," terang Yono dari Asia Baru, spesialis spare part Toyota di Pasar Palmerah, Jakbar. Alasannya tentu harga ekonomis dan kualitas yang terbukti baik. Harga tersebut masih menggunakan harga lama, belum ada informasi dari distributor.

Bahan pun beragam, ada yang non metal atau kerap disebut organik, semi metal, full metal dan keramik. Mereknya macam-macam ada Nissin, Brembo, Bendix, Ferodo, Akebono dan lainnya.

Soal piringan rem juga sama, ada beberapa pabrikan juga membuat versi aftermarket. Paling mudah ditemui di Indonesia adalah merek ATE dan Brembo. Kedua merek ini tidak hanya membuat versi big brake kit, namun turut juga membuat versi replacement. Artinya tinggal plug and play karena diameter piringan sama seperti orisinal. 

Setidaknya kedua merek ini sudah memiliki drilled alias lubang-lubang untuk pendinginan cakram, maupun model slotted atau alur yang berfungsi untuk membuang debu kampas rem.

Sebagai contoh, piringan rem standar Jazz GE8 bagian depan versi Brembo model slotted dihargai senilai Rp 1,3 juta sepasang. Sedikit lebih mahal dibanding versi OEM yang seharga Rp 1 juta sepasang. Harga belum termasuk jasa pemasangan. 

Piringan rem Brembo ini masih belum ada kenaikan harga terkait kenaikan harga bahan bakar. "Mungkin tahun depan harga akan naik, tapi belum bisa dipastikan tepatnya," ujar Chandra, pemilik speed shop CMS di kawasan Mega Glodok Kemayoran, Jakpus. Tinggal konsumen menentukan pilihan saja. Mau yang polos namun standar pabrikan atau yang sudah ada alur versi Brembo. 


Mesin

Untuk urusan komponen mesin harus benar-benar kenal dengan pedagangnya. Sebab akan keluar dana ‘siluman’ dan tak berguna jika sampai tertipu. Ingat urusan turun mesin atau penggantian internal mesin, jasanya tidak bisa dibilang murah. Maka itu, “Pembeli harus benar-benar kenal dengan pedagang supaya bisa dipercaya. Hati-hati dengan pedagang yang suka nakal,” sebut Apin dari Pelita Motor, pedagang spare part Mitsubishi di Duta Mas Fatmawati, Jaksel.

Berbicara piston, untuk Mitsubishi ada produk keluaran ART, Jepang. Performa yang dihasilkan cukup baik dan mendekati orisinal. Untuk yang berkantong terbatas, ART ini bisa dijadikan pilihan. Mengenai harga termasuk jauh berbeda. Sebagai contoh, untuk Mitsubishi Lancer seri CB yang lebih dikenal dengan EVo 3. Jika memilih orisinal dihargai Rp 2 juta/set, sementara ART cukup Rp 850-950 ribu/set. 

Sementara itu, untuk komponen lain juga ada produk non orisinal yang bisa dipercaya. “Semua keluaran Jepang, jangan pilih yang Cina atau Vietnam. Ini yang harus hati-hati saat memilih,” tambah Apin. Agak sulit memang membedakannya, hanya penjual saja yang mengerti secara detail perbedaannya. 

Seperti untuk metal duduk dan metal jalan. Merek-merek Daido atau Taiho menjadi rujukan. “Perbedaannya cukup banyak. Bisa sampai 2x lebih. Keuntungannya, produk ini termasuk bagus,” seru Adrian Hendrayana dari bengkel Pilar Motor di Jl. Jatiasih Raya, Bekasi. 

Menurut Adrian, pemilihan harus dipastikan yang benar-benar keluaran Jepang. Sebab jika tidak, bisa-bisa keluar ongkos lagi. Jika konsumen tidak terlalu paham, ada baiknya minta tolong bengkel untuk beli. Contoh, untuk Mitsubishi DanGan, harga orisinal Rp 400 ribu, sementara Daido cukup Rp 170 ribu. 

Berbeda lagi untuk varian Suzuki. “Untuk Suzuki, ada yang Indoparts, tapi lebih baik yang orisinal saja. Sebab perbedaan harga tidak jauh. Orisinal juga sudah murah kok,” sebut Martin dari toko Inti Motor di lokasi yang sama. Dengan alasan itulah, toko yang menjual spare part Suzuki dan Daihatsu ini tidak menyediakan stok non orisinal. 

Untuk Daihatsu sekalipun, menurut Martin sudah relatif murah. “Konsumen justru banyak yang pilih orisinal karena perbedaan harga tidak jauh,” serunya. 

Contohnya ring piston untuk Daihatsu Taruna keluaran NPR yang dihargai Rp 300 ribu untuk satu set. Sementara orisinal hanya Rp 395 ribu saja. • 


Editor : Dimas Pradopo

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa