Tak hanya stres, rugi waktu dan uang karena lamanya di jalan. Kesehatan para pengemudinya pun lama-lama tergerogoti oleh macet. Salah satu penyebabnya, kelamaan duduk.
Perjalanan dari kawasan pemukiman di pinggiran Jakarta ke pusat kota seperti Gatot Subroto atau Sudirman, kini bisa mencapai 2 jam bahkan lebih. Sampai kantor lalu duduk lagi, bekerja dari jam 9 pagi sampai 6 sore. Bayangkan, itu dilakukan 2 kali sehari, 5 sampai 7 hari dalam seminggu.
Menurut hasil penelitian Martha Grogan, kardiologis dari Mayo Clinic, Amerika Serikat, duduk dalam waktu lama seperti nyetir, bekerja atau nonton TV, sama merusaknya untuk kesehatan seperti rokok. “Karena duduk memperlambat metabolisme. Otot kita tidak berkontraksi, kecuali untuk mengetik. Tapi otot-otot besar seperti kaki atau punggung diam, tidak beraktivitas,” jelasnya.
Sebuah penelitian di Australia pada 2010 menemukan bahwa, duduk lebih dari 4 jam sehari bisa meningkatkan peluang problem jantung sampai dua kali lipat. Bahkan bagi yang teratur berolahraga sekalipun. Ini jadi makin parah ditambah stres dan polusi saat nyetir di tengah macet.
Lalu, bagaimana kalau nyetir dan perjalanan lama ini tak terelakkan? Imbangi dengan gerak tubuh. Olah raga teratur, plus kebiasaan hidup aktif. Seperti parkir di tempat yang agak jauh, sehingga Anda mendapat kesempatan untuk jalan kaki.
Saat bekerja, sediakan waktu dan peluang untuk menggerakkan tubuh. Seperti memilih naik tangga daripada lift, atau sesekali berdiri dan jalan-jalan di sela kesibukan.
Satu lagi, kurangi stres akibat macet dengan banyak tersenyum. Wall Street Journal pernah membuat penelitian lewat 230 pemain baseball yang aktif sebelum tahun 1950. Hasilnya, pemain yang tidak tersenyum rata-rata umurnya 73 tahun. Sementara yang tersenyum, mencapai 80 tahun. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR