Sistem didesain agar kendaraan mudah dikendalikan. ESC dapat mendeteksi dan mengurangi hilangnya traksi ban. Ketika ESC mendeteksi hilangnya kontrol kemudi, secara otomatis menerapkan rem untuk membantu "mengarahkan" kendaraan sesuai keinginan pengemudi.
Pengereman secara otomatis diterapkan ke roda secara individual, seperti roda depan luar untuk melawan oversteer atau roda belakang batin untuk melawan understeer. Beberapa sistem ESC juga mengurangi tenaga mesin sampai kontrol kembali didapat.
Chris Harrison, Manager of Vehicle Development and Testing di Continental North America menjelaskan jika SC memiliki kemampuan untuk mengendalikan kecepatan mobil agar dapat melaju stabil.
Kendaraan yang dilengkapi dengan ESC memiliki fitur baterai sensor elektronik. Sistem ini terus-menerus mengukur hal-hal seperti percepatan lateral dan longitudinal, kecepatan roda dan sudut kemudi. "Beberapa kendaraan memiliki sensor roll-rate di dalamnya yang dapat digunakan" kata Harrison.
"Sistem ini juga bisa dikombinasikan dengan penggunaan kontrol traksi, atau ditambah dengan sistem all-wheel drive," katanya.
“Tapi jangan salah, SC hanya ada untuk membantu, bukan mengambil alih tugas driver. Karena tentu supir tidak akan sengaja akan bertujuan untuk mendekat dinding lalu lintas atau semen. Mereka umumnya tahu yang terbaik,” ungkapnya.
Lalu bagaimana dengan sportscar yang tentu akan lebih mengasyikan jika keluar tikungan dengan kondisi ban berdecit, alias drifting? “Biasanya pada sportscar memiliki mode 'off' untuk mengemudi track," kata Harrison.
Dan apakah sistem ini efektif untuk mencegah kecelakaan? Badan keselamatan National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) mengestimasi jika sistem ini menyelamatkan nyawa sekitar 2.200 orang di tahun 2008-2010.
Sedangkan mobil dengan penerapan sistem ESC yang dipadu dengan piranti lain, seperti kontrol traksi, ABS, EBD dan lainnya mampu menyelamatkan sekitar 8.200 nyawa tiap tahunnya. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR