Tetapi kalau mau lebih jeli, ada varian unik Peugeot yang sempat beredar di Tanah Air berlabel 806. Tak seperti varian lain yang dominan sedan, 806 terlahir dengan konsep MPV (Multi Purpose Vehicle).
Sama halnya anggota 806 Society yang berisikan Fat Pug, sebutan khas untuk 806. “Mobil ini saya pakai sejak 2008 dan sampai sekarang hampir tak ada masalah,” papar Antonius, pencipta Active-Intercooler yang menjajal langsung di 806 biru kesayangannya.
Ungkapan senada juga terungkap dari Arry Budi Wibowo, entrepreneur yang lebih banyak menghabiskan waktunya di 806 HDi ketimbang di kantor.
Terbukti dari cerita mereka saat touring Jakarta-Bali atau rencana touring Jakarta-Yogya pada minggu ini. “Untuk jalan keluar kota, fuel consumption bisa mencapai 15-19 km/liter,” jelas Anton yang juga pengusaha bergerak di bidang IT ini.
Entah karena alasan apa, Peugeot 806 hingga varian sesudahnya (807) kurang bisa diterima masayarakat pada waktu itu. Mungkin karena aftersales service dan komponen yang strictly original parts alias tak ada barang versi KW.
Tetapi lain dulu, lain sekarang. Setelah klub 806 semakin eksis dan bernaung di Jakarta Peugeot Club serta banyak diperbincangkan di forum seperti Kaskus lounge atau modifikasi.com, orang berangsur menoleh ke 806 sebagai MPV dream car back to 90s.
Opsi lain yang membuat semangat pemiliknya adalah kolong sepatbor lega sehingga pelek 18 inci bisa masuk tanpa kendala tanpa mengorbankan kenyamanan suspensi.
“Banyak yang menganggap Peugeot 806 masih terbilang mahal dan susah dipelihara ketimbang MPV non Jepang lainnya, padahal kalau mau di-breakdown sebenarnya tidak juga,” papar Arry yang memang fanatik Peugeot. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR