Jakarta - Kalau bicara go green, biasanya yang terbayang langsung menanam pohon atau bahkan penggunaan energi yang terbarukan sebagai pembangkit listrik. Kalau sebelumnya pembangkit listrik memakai batu bara atau minyak fosil, kini sudah mulai dibangun pembangkit tenaga angin, panas bumi bahkan air terjun.
Bahkan kabarnya nih, Indonesia saja menghabiskan 100 milyar kantong plastik untuk kebutuhan sehari-hari. Walau banyak kantong plastik sekarang sudah dibuat degradable alias bisa terurai hanya dalam waktu 1-2 tahun. Terus apa hubungannya sama dunia otomotif dong?
Enggak perlu repot-repot pergi ke hutan atau lari ke pantai. Keren deh, pabrikan sekarang juga sudah banyak yang ikut program go green loh. Memang, bahan bakarnya masih pakai minyak fosil, walau ada juga versi hybrid atau motor listrik murni. Namun, untuk membuat mesin tersebut bekerja lebih efisien, banyak yang menanam fitur Eco.
Tak hanya eco mode aktif yang akan membuat mesin langsung bekerja lebih irit, ada yang hanya menampilkan indikator supaya pengemudi bisa berkendara ekonomis.Kalau pun belum dilengkapi, tenang saja.
Masih ada kok perangkat aftermarket yang bisa memaksimalkan kinerja mesin.Mau kan ikut program go green Indonesia. Yuk simak dulu fitur dan cara pakai beberapa eco mode di kendaraan masa kini. • (otomotifnet.com)
Active Eco
Meski kebanyakan mode Eco yang dikenal pada mobil-mobil yang beredar di Tanah Air hanya bersifat sebagai pengingat pengemudi untuk berkendara dengan mengedepankan efisiensi bahan bakar, namun tak jarang juga fitur ini berperan aktif membantu memberikan konsumsi yang lebih hemat. Misalnya pada Nissan Serena dan Kia Sorento.
"Eco Mode pada Serena C26, saat mengaktifkan tombol di sebelah kanan dasbor akan membuat ECU memberi respon throttle lebih kecil dibanding mode normal. Hal ini karena pedal gasnya sudah mengaplikasi drive by wire," jelas Sya'dillah Mursid, Service Advisor Nissan Bintaro.
Selain respon gas yang dibuat lebih lambat dari injakan kaki, transmisi juga diatur secara aktif. "Transmisi di Serena kan pakai CVT, jadi rasio pembesaran sabuknya dipercepat sehingga selalu berada dalam kondisi ideal," tambah pria yang akrab disapa Dillah tersebut.
Namun sayangnya fitur ini kurang ideal saat harus macet-macetan. "Karena yang diatur hanya respon throttle dan transmisi, sementara saat idle ketika di macet tidak ada yang berubah," jelas Aris Wijanarko, Service Advisor Nissan Bintaro.
Sedangkan Active Eco pada Kia Sorento berperan untuk mengatur mapping dan filtering torsi, waktu penggantian gigi transmisi otomatis 6-percepatannya dan putaran mesin ketika idle.Meskipun beda-beda, namun penggunaan mode Eco aktif memberikan efek yang mirip.
Mesin yang diatur seperti ini tentu memberi respon lebih lambat, sehingga laju kendaraan tersa lebih ‘ngeden' atau terhambat. •
eco indicator
Selain eco mode aktif, ada juga yang hanya menampilkan indikator Eco. Biasanya akan muncul di layar spidometer atau MID (Multi Information Display). Indikator tersebut menyala berdasarkan perhitungan ECU mesin. “Didasarkan dari volume injeksi bahan bakar dan kecepatan,” jelas Dadi Hendriadi, Technical Service Division Head PT. Toyota Astra Motor.
Namun ketika berakselerasi yang mengakibatkan bukaan throttle besar, indikator tersebut akan mati. Terus cara berkendara seperti apa yang eco?“Berkendara stabil dan bermanuver lembut, yang membuat putaran mesin tidak terlalu tinggi,” ujar Dedi Hantaro, Workshop Supervisor Hyundai Pondok Indah.
Begitu pula pada mobil bertransmisi manual, indikator tersebut akan menyala saat melakukan perpindahan gigi dengan kondisi rpm tidak terlalu tinggi.Saat melakukan deselerasi, indikator tersebut tetap masih bekerja, dengan catatan perilaku berkendara yang halus.
“Jika tiba-tiba melakukan pengereman mendadak dan pengurangan gigi yang lambat, lambang eco tersebut akan mati,” tambah Dedi. Harapannya, pengemudi bisa berkendara seefisien mungkin. •
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR